Channel9.id, Jakarta – Pemerintah menepis anggapan bahwa kebijakan tarif impor 0% untuk produk Amerika Serikat merupakan fasilitas eksklusif. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menegaskan skema serupa telah lama menjadi bagian dari berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan kerja sama ekonomi komprehensif (CEPA) Indonesia dengan banyak negara.
“Tarif 0% itu bukan cuma untuk AS. Sebagian besar FTA dan CEPA kita—lebih dari 10 perjanjian—juga mengarah ke 0%,” ujarnya di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Menurut Susiwijono, fasilitas serupa sudah berlaku dalam kemitraan dagang dengan Australia, Jepang, Selandia Baru, bahkan Uni Eropa. Dalam Indonesia–Australia CEPA, misalnya, 94–95% produk dikenai tarif 0%. Sementara di Indonesia–Japan CEPA (IJEPA), angka tersebut mencapai lebih dari 91%. Perjanjian serupa dengan Uni Eropa (IEU-CEPA) juga baru saja diumumkan.
Ia menambahkan, produk asal AS sebenarnya sudah lama menikmati tarif rendah. Dari sekitar 1.482 pos tarif produk AS yang diimpor Indonesia, lebih dari 40% sudah dibebaskan tarif. Dengan kesepakatan baru, 99% produk AS kini akan masuk tanpa bea, kecuali komoditas tertentu seperti alkohol dan daging babi.
Menanggapi sorotan soal tarif 19% yang dikenakan AS terhadap produk Indonesia, Susiwijono menegaskan bahwa angka itu justru menjadi yang terendah di antara negara-negara dengan defisit dagang terhadap AS. “Jadi tidak bisa dibandingkan begitu saja. Dalam konteks perdagangan internasional, posisi Indonesia cukup kompetitif,” jelasnya.
Kesepakatan perdagangan RI–AS yang final akan diumumkan melalui joint statement bersama pemerintah Indonesia dan Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR). Dokumen tersebut mencakup empat pilar utama: kesepakatan tarif, penyelesaian hambatan non-tarif, komitmen pembelian produk AS oleh Indonesia, dan peningkatan investasi dua arah.
Untuk hambatan non-tarif, berbagai isu teknis seperti perizinan impor, aturan konten lokal, dan prosedur teknis lain yang sebelumnya dikeluhkan mitra AS disebut telah terselesaikan. Sementara pada sisi pembelian, Indonesia berkomitmen memperbesar impor dari AS di sektor energi, pertanian, dan penerbangan. Di bidang investasi, kedua negara juga menyepakati langkah-langkah untuk mempermudah arus modal langsung.
Negosiasi lanjutan dengan USTR masih berlangsung di Washington D.C., difasilitasi tim teknis Indonesia hingga awal Agustus 2025. “Joint statement sudah final. Pak Menko (Airlangga Hartarto) juga sudah lapor ke Presiden (Prabowo Subianto). Tinggal tunggu pengumuman,” pungkas Susiwijono.