Logam tanah jarang
Ekbis

Logam Tanah Jarang Kian Jadi Rebutan, Indonesia Bentuk Badan Khusus

Channel9.id, Jakarta – Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE) kini menjadi perhatian utama pemerintah. Indonesia dinilai memiliki potensi besar atas sumber daya strategis yang kerap disebut sebagai “harta karun dunia” tersebut.

Presiden Prabowo Subianto bahkan membentuk Badan Industri Mineral khusus untuk mengelola dan mengembangkan LTJ. Lembaga baru ini dipimpin oleh Brian Yuliarto, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek).

Menurut pemerintah, keberadaan LTJ sangat penting karena kebutuhan global terhadap mineral ini terus meningkat, terutama untuk kepentingan teknologi modern, pertahanan, dan energi. Brian menjelaskan bahwa Badan Industri Mineral akan menjadi motor pengelolaan material strategis nasional, termasuk logam tanah jarang hingga mineral radioaktif.

“Karena teknologi yang terkait dengan mineral ini cukup kompleks, kami harap pengembangan riset di perguruan tinggi bisa langsung diaplikasikan ke industri,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (26/8/2025).

LTJ merupakan kelompok 17 unsur kimia dengan sifat khusus yang sangat dibutuhkan dalam berbagai teknologi canggih, mulai dari smartphone, kendaraan listrik, turbin angin, hingga sistem pertahanan militer. Unsur-unsur ini meliputi lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), hingga ytterbium (Yb) dan lutetium (Lu), termasuk scandium (Sc) dan yttrium (Y).

Meskipun jumlahnya melimpah di alam, LTJ jarang ditemukan dalam kadar tinggi yang ekonomis untuk ditambang. Hal inilah yang membuat keberadaannya sangat berharga ketika ditemukan dalam deposit besar. 

Peta Potensi LTJ di Indonesia

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat potensi LTJ Indonesia dalam Keputusan Menteri ESDM No. 228.K/MB.03/MEM.G/2025 tentang Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Nasional 2025. Hingga 2024, sumber daya LTJ Indonesia mencapai 136,2 juta ton dalam bentuk bijih dan 118.650 ton dalam bentuk logam, jumlah yang sama dengan tahun sebelumnya.

Berdasarkan kajian Badan Geologi ESDM, potensi LTJ tersebar di berbagai pulau, baik sebagai mineral utama maupun produk samping dari pengolahan bauksit, timah, emas, hingga batubara.

Beberapa wilayah dengan potensi LTJ antara lain:

Sumatra & Kepulauan Riau: Riau, Bangka Belitung, Humbang Hasundutan, Pulau Bintan, Lingga, hingga Cekungan Sumatra Selatan.

Kalimantan: Matan Hilir, Capkala, Landak, Ketapang, Kendawangan, Seruyan, dan Lamandau.

Sulawesi: Buton, Banggai, dan Mamuju.

Jawa: Pamarican (Jawa Barat) dan Dieng (Jawa Tengah).

Sumber daya ini berasal dari berbagai tipe endapan, seperti granit, laterit, plaser, ball clay, hingga tailing timah, emas, dan bauksit.

Dengan potensi yang besar ini, pemerintah menilai pengelolaan LTJ harus dilakukan secara terintegrasi agar memberi manfaat optimal bagi kedaulatan ekonomi maupun pertahanan nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  2  =