Ekbis

Inflasi Nasional Tetap Terkendali, Tapi Kesenjangan Antarprovinsi Makin Lebar

Channel9.id, Jakarta — Meskipun inflasi nasional pada September 2025 masih berada dalam level aman, Badan Pusat Statistik (BPS) menyoroti meningkatnya kesenjangan inflasi antarprovinsi. Beberapa daerah di Sumatera mencatat kenaikan harga cukup tinggi, sementara sebagian wilayah timur Indonesia justru mengalami deflasi.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, inflasi bulan ke bulan (month to month/mtm) September 2025 tercatat 0,21 persen, dengan inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,65 persen. Angka ini menunjukkan inflasi masih terjaga dalam kisaran target pemerintah.

“Secara nasional inflasi tetap terkendali, tetapi kita perlu mencermati perbedaan tekanan harga antarwilayah yang semakin mencolok,” ujar Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025 di Kantor Kemendagri, Senin (6/10/2025).

Kenaikan harga emas menjadi faktor utama pendorong inflasi bulan September. Kelompok peralatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi tahunan 9,59 persen, dengan andil 0,62 persen terhadap inflasi nasional.

Kenaikan harga emas dianggap mencerminkan meningkatnya minat masyarakat terhadap aset lindung nilai, di tengah ketidakpastian global dan pelemahan daya beli di beberapa sektor konsumsi.

Selain itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau turut berkontribusi pada inflasi dengan kenaikan tahunan 5,01 persen, menandakan tekanan harga bahan pangan masih terjadi di sejumlah wilayah.

Sumatera Pimpin Kenaikan Harga, Maluku Utara Justru Deflasi

Secara spasial, Pulau Sumatera menjadi wilayah dengan tekanan harga paling tinggi. Sumatera Utara mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 5,32 persen, diikuti Riau (5,08 persen) dan Aceh (4,45 persen).

Sebaliknya, Maluku Utara justru menjadi satu-satunya provinsi yang mengalami deflasi tahunan (-0,17 persen), disusul Papua yang mencatat inflasi terendah sebesar 0,99 persen.

Secara bulanan, provinsi yang mengalami inflasi relatif tinggi antara lain Riau, Bengkulu, Papua Barat, Sumatera Barat, dan Jambi, sedangkan 14 provinsi tercatat deflasi.

Menariknya, di tengah kenaikan harga beberapa kelompok pengeluaran, sektor transportasi serta informasi dan komunikasi justru menjadi penahan laju inflasi. Kedua kelompok itu mengalami deflasi baik secara bulanan maupun tahunan, yang menurut BPS turut menahan tekanan inflasi lebih lanjut.

“Transportasi mengalami deflasi yang cukup konsisten, dan ini membantu menjaga inflasi nasional tetap stabil,” jelas Amalia.

Kondisi inflasi yang stabil secara agregat dinilai positif bagi perekonomian nasional, namun disparitas antarwilayah menjadi perhatian tersendiri. Pemerintah daerah diimbau memperkuat koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengatasi tekanan harga spesifik di masing-masing daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

39  +    =  48