Channel9.id, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto menyelesaikan kunjungan kenegaraannya ke Australia dengan membawa pulang tiga kesepakatan krusial di bidang keamanan bilateral, yang diumumkan Perdana Menteri Anthony Albanese dalam konferensi pers bersama di atas kapal perang HMAS Canberra, Garden Island Naval Base, Sydney, Rabu (12/11/2025). Kunjungan selama satu hari ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dan Australia sebagai mitra strategis di Indo-Pasifik, tapi juga menandai tonggak baru dalam hubungan pertahanan kedua negara setelah tiga dekade kerja sama.
Perjanjian baru ini merupakan perluasan dari fondasi lama, seperti Lombok Treaty 2006 yang menegaskan kedaulatan Indonesia, serta Defence Cooperation Agreement (DCA) 2024. Melalui kesepakatan ini, kedua negara berkomitmen untuk konsultasi rutin di tingkat pemimpin dan menteri terkait isu keamanan kawasan, identifikasi ancaman bersama, serta pelaksanaan kegiatan militer yang saling menguntungkan.
“Ini era baru hubungan kita di pertahanan dan keamanan, dengan koordinasi lebih erat untuk jaga stabilitas regional,” tegas Albanese.
Presiden Prabowo, yang diterima hangat oleh Gubernur Jenderal Australia pagi itu, menekankan semangat good neighbour policy.
“Tetangga baik saling bantu saat susah. Dalam budaya kita, tetangga yang paling dekat justru yang pertama datang. Indonesia dan Australia ditakdirkan jadi tetangga baik,” ujar Prabowo, mengutip pepatah lokal yang resonan dengan nilai-nilai Indo-Pasifik. Pernyataannya ini langsung viral, mencerminkan visi diplomasi Prabowo yang hangat dan pragmatis.
Di sisi ekonomi, potensi hubungan bilateral masih menggoda meski nilai perdagangan baru US$15 miliar dengan defisit Indonesia hampir US$9 miliar. Namun, sektor jasa seperti pariwisata jadi penyeimbang utama, dengan ribuan turis Australia membanjiri Bali setiap tahun.
Pemerintah optimis wisatawan ‘Down Under’ akan eksplorasi lebih jauh ke Labuan Bajo dan destinasi tersembunyi lainnya. Tak ketinggalan, investasi Australia melonjak di sektor rumah sakit, hilirisasi nikel, dan agribisnis—terutama peternakan sapi yang bisa angkat ekspor daging RI.
Kunjungan balasan Albanese direncanakan Januari 2026 untuk penandatanganan resmi perjanjian, setelah proses domestik selesai.
“Saya harap bisa ke Indonesia tahun depan atas undangan Presiden untuk tandatangan resmi ini,” janji Albanese, menegaskan tekad kedua bangsa untuk perdamaian kawasan. Dengan ini, Indonesia tak hanya pulang dengan ‘oleh-oleh’ diplomatik, tapi juga pondasi kokoh untuk stabilitas Indo-Pasifik di tengah gejolak global.





