Ekbis

PPG Era Digital: Prodi TP UNJ Perkuat Kompetensi Teknologi Guru Lewat Pelatihan E-Modul

Channel9.id, Jakarta. Penguasaan teknologi pembelajaran kini menjadi kompetensi dasar yang wajib dimiliki guru. Penegasan itu disampaikan Marsofiyati, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam pelatihan pembuatan E-modul ajar terintegrasi deep learning untuk guru-guru Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School, Parung, Bogor, pada 19 Juni 2025.

Pelatihan tersebut merupakan bagian dari agenda pengabdian masyarakat UNJ yang melibatkan sejumlah dosen, yakni Prof. Muhammad Zid, Daryanto, Darsef Darwis, Sujarwo, Dudung Amir Sholeh, Fauzi Ramadhoan A’Rachman, dan Tri Murdiyanto.

Marsofiyati menjelaskan bahwa pelatihan tidak hanya mengenalkan konsep dasar deep learning, tetapi juga membimbing guru mengikuti perkembangan e-modul secara sistematis.

“Fokus kegiatan ini adalah membantu guru merancang e-modul berbasis deep learning yang personal, adaptif, dan sesuai karakter santri, sekaligus memperkuat kemampuan guru dalam menerjemahkan model pembelajaran digital,” ujarnya.

Ia menambahkan, pelatihan tersebut juga memperluas pemahaman tentang Pendidikan Profesi Guru (PPG), terutama terkait literasi hak cipta, perlindungan privasi data, pencegahan plagiarisme, serta pengelolaan jejak digital.

“Guru bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga figur yang membangun nilai-nilai etis peserta didik di ruang digital. Ini relevan dengan kompetensi 4C: critical thinking, creativity, communication, dan collaboration,” jelasnya.

Marsofiyati juga menyinggung pentingnya model SAMR (Substitution, Augmentation, Modification, Redefinition) sebagai alat refleksi bagi calon guru untuk menilai sejauh mana media digital benar-benar mengubah praktik mengajar, bukan sekadar digitalisasi materi cetak.

Peran AI Generatif dan PPG Model Baru

Sementara itu, anggota tim pengabdian sekaligus Koorprodi PPG UNJ, Darsef Darwis, menyoroti perkembangan riset AI generatif seperti ChatGPT yang dinilai mampu mendukung personalisasi pembelajaran, membantu siswa mengembangkan ide, hingga memberikan umpan balik cepat — selama penggunaan AI mengikuti prinsip etis dan pedagogis.

Darsef menilai PPG model baru, yang menempatkan calon guru dalam praktik lapangan serta tugas berbasis kinerja (performance-based assessment), menjadi arena penting untuk melatih kemampuan merancang dan merefleksikan pembelajaran yang menumbuhkan kompetensi 4C.

“Kolaborasi antara LPTK, sekolah mitra, dosen, guru pamong, dan peserta menciptakan komunitas belajar profesional yang memungkinkan pertukaran praktik baik dan inovasi pedagogis,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pendekatan problem-based learning, tugas proyek berbasis konteks sekolah, serta penggunaan teknologi yang mendukung eksplorasi mandiri sejalan dengan prinsip andragogi dan teori pembelajaran transformatif Mezirow, yang menekankan pentingnya refleksi kritis dalam perubahan paradigma mengajar.

Darsef juga menegaskan bahwa sejumlah penelitian menunjukkan integrasi teknologi yang tepat mampu meningkatkan motivasi, kepercayaan diri, keterlibatan, dan hasil belajar siswa. Karena itu, kompetensi teknologi guru tidak bisa dipisahkan dari kompetensi pedagogik dan profesional.

“Guru lulusan PPG yang menguasai TPACK, memahami kewarganegaraan digital, menerapkan keterampilan abad ke-21, menggunakan metode interaktif, serta memanfaatkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai alat refleksi akan lebih siap menghadapi dinamika pembelajaran era digital,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

41  +    =  49