bps
Ekbis

BPS: Deflasi di Aceh, Sumut, dan Sumbar Belum Cerminkan Dampak Bencana

Channel9.id, Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan bahwa penurunan harga yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat pada November 2025 belum mencerminkan dampak bencana alam yang melanda wilayah tersebut. Ketiga provinsi itu justru mencatat deflasi di tengah kondisi darurat akibat bencana hidrometeorologi.

Menurut data BPS, Aceh mengalami deflasi bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,67%, diikuti Sumatra Utara 0,41%, dan Sumatra Barat 0,24%. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa bencana baru terjadi pada penghujung masa pengumpulan data, sehingga belum memengaruhi rata-rata harga konsumen bulan tersebut.

“Bencana di tiga wilayah itu terjadi pada pertengahan minggu keempat November. Jadi dampaknya belum masuk ke perhitungan inflasi bulan ini,” ujar Pudji dalam konferensi pers, Senin (1/12/2025).

Dampak Bencana Baru Akan Terlihat di Rilis Desember

Pudji memperkirakan efek gangguan distribusi, hambatan logistik, hingga kerusakan fasilitas pasar baru akan tercermin dalam laporan inflasi periode berikutnya. Ia mencontohkan kondisi di Sibolga, Sumatra Utara, di mana pasar tempat survei Indeks Harga Konsumen (IHK) dilakukan ikut terdampak, sehingga pengumpulan data menjadi terkendala.

“Kondisi infrastruktur yang rusak membuat beberapa pasar tempat survei IHK tidak bisa diakses, seperti di Sibolga,” jelasnya.

Karenanya, BPS menilai potensi kenaikan harga akibat supply shock dari bencana diperkirakan baru muncul pada rilis Desember 2025.

“Potret inflasi yang mencerminkan dampak bencana akan terlihat bulan depan,” kata Pudji.

Secara nasional, inflasi November 2025 tercatat 0,17% mtm, menurun dari 0,28% pada Oktober. Secara tahunan, inflasi berada di level 2,72% year-on-year (yoy), lebih rendah dibanding Oktober sebesar 2,86% yoy. Adapun inflasi tahun kalender (year-to-date) mencapai 2,27%.

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi terbesar bulan tersebut, yakni 1,12% mtm, dengan kontribusi 0,09%. Emas perhiasan menjadi komoditas yang paling mendorong inflasi dengan andil 0,08%.

Kontributor inflasi lainnya antara lain tarif angkutan udara (0,04%), bawang merah (0,03%), ikan segar (0,02%), dan wortel (0,02%).

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menahan laju inflasi antara lain daging ayam ras (–0,03%), beras (–0,02%), cabai merah (–0,02%), telur ayam ras (–0,01%), dan kentang (–0,01%).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9  +  1  =