Channe9.id-Jakarta. Ranting kayu sisa bencana banjir di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara dinilai memiliki potensi besar jika diolah menjadi biochar melalui proses pirolisis, sehingga tidak hanya menjadi limbah tetapi juga bernilai lingkungan dan ekonomi.
Wakil Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Ketahanan Sosial (DNIKS) Rudi Andries mengatakan, biochar merupakan arang hayati kaya karbon yang dihasilkan dari pembakaran biomassa organik pada suhu tinggi dengan sedikit atau tanpa oksigen. “Biochar berfungsi sebagai pembenah tanah yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologis tanah, sekaligus menyimpan karbon dalam jangka panjang,” kata Rudi, Sabtu (20/12/2025).
Penggunaan biochar dinilai mampu meningkatkan kesuburan tanah, kapasitas menahan air dan nutrisi, serta mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Pendekatan serupa juga telah diterapkan dalam penanganan limbah kayu sisa kebakaran hutan dan dinilai relevan untuk diterapkan pada konteks pascabanjir.
Secara teknis, pembuatan biochar dari ranting kayu dilakukan dengan metode pirolisis lambat pada suhu 400–800 derajat Celsius, dengan hasil biochar yang dapat mencapai sekitar 40 persen dari total biomassa yang diolah.
Rudi menambahkan, jika langkah ini digiatkan pada fase rehabilitasi dan rekonstruksi pascabanjir, maka selain membersihkan puing, program tersebut berpotensi membuka lapangan kerja bagi warga lokal. Biochar yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki lahan pertanian terdampak banjir serta memiliki nilai ekonomi dan lingkungan yang tinggi.
Ia menegaskan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabanjir harus ditempatkan sebagai operasi sosial-ekologis nasional, bukan semata proyek infrastruktur.
“Negaraperlu hadir tidak hanya membangun kembali yang runtuh, tetapi juga memperbaiki cara pembangunan itu sendiri,” pungkasnya.
