Channel9.id-Jakarta. Terdapat kemungkinan, bahwa pembakaran limbah plastik yang tak sempurna merupakan penyebab munculnya senyawa berbahaya dioksin dalam sampel telur di dua desa di Jawa Timur.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Witta Kartika Restu, peneliti polimer di Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Berbagai jenis plastik kalau tidak mau menghasilkan polusi maka harus dibakar dalam suhu yang tinggi, tapi kalau suhunya rendah kemungkinan ada senyawa dioksin yang akan terbakar,” lanjutnya, seperti yang dilansir Antara, Senin (18/11).
Penelitian International Pollutants Elimination Network (IPEN) telah membuktikan, kandungan bahan kimia atau racun dioksin paling parah ditemukan di dekat pabrik-pabrik tahu. Pabrik-pabrik itu membakar plastik untuk bahan bakar di Desa Tropodo, Jawa Timur.
Witta mengatakan bisa saja praktik tersebut menjadi salah satu penyebab lahirnya kandungan racun dioksin. Lantaran akibat proses pembakaran yang tidak sempurna plastik.
Muhammad Reza Cordova, peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, pun mengatakan demikian. Menurutnya, pembakaran plastik untuk bahan bakar industri dapat membahayakan lingkungan jika dilakukan tidak sempurna. Praktik ini dapat melepaskan zat berbahaya lain yang menempel pada mikroplastik.
“Plastik itu sifatnya unik, ketika plastik sudah masuk ke alam bisa menjadi media pembawa bahan pencemar lain. Ketika plastik sudah bercampur limbah, kita tidak pernah tahu limbahnya apakah domestik atau termasuk limbah berbahaya, apalagi sudah lama seperti yang diimpor bisa berbulan-bulan sampai ke Indonesia, itu ada kemungkinan menempel,” kata Reza.
Ia menambahkan, memang belum ada penelitian yang menguji secara pasti tingkat bahaya mikroplastik dan dampaknya terhadap tubuh. Namun, sifat unik tersebut bisa membuatnya mengandung zat lain, seperti ftalat atau dioksin yang terbukti memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Menurut asalnya, terdapat dua jenis mikroplastik. Yaitu yang diproduksi sebagai mikroplastik, seperti microbeads pada kosmetik. Lalu, yang kedua adalah hasil degradasi dari plastik besar yang mungkin terdegradasi oleh cahaya matahari atau gelombang laut akhirnya menjadi mikroplastik, seperti yang ditemukan di biota laut.
Sebelumnya, IPEN mengungkap ditemukannya kandungan dioksin dalam sampel telur ayam kampung di desa Bangun, Kabupaten Mojokerto dan Tropodo, Kabupaten Sidoarjo. Kandungan di dalamnya itu 70 kali lebih tinggi dari standar keselamatan yang ditetapkan badan kesehatan pangan Eropa yaitu European Food Safety Authority (EFSA).
Kandungan dioksin itu, menurut uji laboratorium, merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah hasil temuan di Vietnam, akibat paparan bahan senjata kimia agen oranye yang digunakan Amerika Serikat saat perang Vietnam pada 1960-an.
Jika doksin dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker, merusak sistem kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
(LH)