Lifestyle & Sport

Hari AIDS 1 Desember, Momentum Penanggulangan AIDS di Papua

Channel9.id-Jakarta. Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 1 Desember, diharapkan menjadi momentum penanggulangan AIDS di Papua. Hingga saat ini, Papua memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi karne penyebaran HIV/AIDS.

Pada peringatan hari AIDS 1 Desember inipun, pemerintah pusat menunjukkan konsern tinggi bai penanggulangan AIDS di Papua.

Di Indonesia, pertama kali kasus AIDS ditemukan di Bali pada tahun 1987. Setiap tahun terjadi kenaikan jumlah kasus HIV yang dilaporkan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2019.

Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 27 Agustus 2019 melaporkan, jumlah kasus HIV dari tahun 2005 – Juni 2019 sebanyak 349.882. Lima provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi, yaitu: DKI Jakarta 62.108, Jawa Timur 51.990, Jawa Barat 36.853, Papua 34.473, dan Jawa Tengah 30.257.

Sedangkan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai Juni 2019 sebanyak 117.064. Lima provinsi dengan jumlah AIDS terbanyak, yaitu Papua 22.554, Jawa Timur 20.412, Jawa Tengah 10.858, DKI Jakarta 10.242, dan Bali 8.147.

Di Papua, Kabupaten Nabire menempati peringkat pertama temuan  HIV/AIDS dengan 7.436 kasus. Disusul Kota Jayapura (6.765 kasus), Jayawijaya (6.242 Kasus).

Dari beberapa variabel rekapitulasi data komulatif kasus HIV/AIDS dalam 5 tahun terakhir tersebut juga, jika diurutkan berdasarkan jenis kelamin, maka kasus terbanyak terjadi pada perempuan dibanding laki-laki, dan jika dikelompokkan berdasarkan umur, kasus terbanyak adalah pada umur 25-49 tahun, namun diakui pula pada kelompok umur 15- 19 tahun tersebut juga sedikit ada penurunan.

Banyak kendala yang dihadapi dalam penemuan kasus HIV/AIDS tersebut, di mana penemuan kasus tersebut juga sangat bervariasi antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya serta kota yang ada di Tanah Papua ini.

Yang menjadi salah satu kendalanya adalah belum merata atau belum semua layanan kesehatan yang ada di setiap kabupaten/kota itu dapat memberikan layanan tes HIV/AIDS dan pengobatan Antiretroviral (ARV).

Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang memadai. Baik itu dari sisi dokter, perawat, farmasi, analis maupun petugas pencatatan dan pelaporan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  13  =  18