Nasional

BMKG Ungkap Sulitnya Perkirakan Cuaca di Indonesia

Channel9.id-Jakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan beberapa faktor penyebab sulitnya memperkirakan cuaca di Indonesia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan kesulitan ini muncul karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di ekuator.

Indonesia, katanya, sebagai negara ekuator memiliki kerumitan dan ketidakpastian lebih dibandingkan negara-negara yang jauh dari ekuator. Fenomena atmosfer dan cuaca di Indonesia, disebut Dwikorita sangat kompleks

“Kompleksitas ini makin meningkat dan tidak pasti karena Indonesia adalah negara kepulauan lautan lebih luas dari daratannya dan diapit oleh dua samudera terbesar di dunia yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia,” ujar Dwikorita kepada wartawan, Selasa (21/1).

Kesulitan lainnya, katanya, muncul karena adanya fenomena interaksi antara laut dan atmosfer di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang mengapit Indonesia. Fenomena ini bisa mengakibatkan MJO (aliran udara basah) yang berdampak pada peningkatan curah hujan disertai angin kencang dan petir.

“Kesulitan tersebut ditambah lagi de fenomena interaksi antara laut dan atmosfer di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. [Ini] makin meningkatkan kerumitan dan kesulitan dalam prediksi cuaca di Indonesia,” ujar Dwikorita.

Kendati demikian, Dwikorita menjelaskan kesulitan prediksi cuaca di wilayah kepulauan Indonesia ini bisa disiasati dengan integrasi antara prediksi cuaca dan prediksi iklim. Integrasi lanjutan juga dilakukan dengan hasil observasi data satelit setiap 10 menit dan data radar secara real time.

“Seluruh langkah tersebut harus selalu diperbarui setiap hari tiap tiga jam. Apabila terdeteksi gejala ekstrem maka proses pemutakhiran prediksi harus tiap jam hingga tiap 10 menit. Menyesuaikan perkembangan potensi kondisi ekstrem,” ujar Dwikorita.

Dwikorita menyatakan prakiraan hujan ekstrem yang tepat bisa membantu operasi TMC untuk mencegah curah hujan tinggi di wilayah potensi banjir. Prediksi BMKG bisa membantu TMC untuk mencegat awan dan memaksanya untuk hujan sebelum tiba di wilayah potensi banjir.

“Prediksi BMKG sangat membantu kapan dan di mana TMC harus dilakukan sehingga berhasil mengurangi intensitas hujan. Kalau BMKG salah prediksi, maka TMC pun akan gagal,” tutur Dwikorita.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2  +  6  =