Channel9.id-Wonosobo. Bedah buku Menjerat Gus Dur karya Virdika Rizky Utama digelar di Masjid Al Manshur Wonosobo, Selasa (11/2). Diskusi tersebut dihadiri oleh Farid Gaban, jurnalis senior.
Menurut Farid, masa kepresidenan Gus Dur itu lebih layak Gus Dur dianggap sebagai seniman daripada politikus. “Gus Dur tak mempertimbangkan kalkulasi politik. Itu yang membuat Gus Dur punya musuh,” kenang mantan jurnalis Tempo ini.
Ia mencontohkan, Gus Dur meminta maaf terhadap korban pembantaian massal 1965-1966. “Ini sungguh revolusioner dan dia juga mau hapus TAP MPRS XXV/1965. Jelas Golkar dan tentara marah,” ujarnya.
Selain itu, kata Farid, Gus Dur juga mengakui hak-hak minoritas dan pendekatan yang manusiawi terhadap kasus Aceh dan Papua. “Jangan lupa, Gus Dur sangat kuat untuk menghapus dwi fungsi ABRI,” ucap Farid yang pernah meliput perang Bosnia 1992.
Farid mengungkapkan dirinya merasa bangga dengan pemerintahan Gus Dur yang berlangsung hanya singkat yaitu 20 bulan. “Sebentar, tapi perubahan mendasar kenegaraan ini berjalan. Ini baru negarawan, mementingkan publik daripada kepentingan politik pribadi,” tegasnya.
(vru)