Channel9.id – Jakarta. Seorang desainer pesawat ruang angkasa sangat terkesan dengan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama. Pelatihan MKNU dinilai sangat penting dan bermanfaat.
Pelatihan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) yang diselenggarakan oleh PW ISNU DKI Jakarta telah berakhir Minggu, 1 Maret 2020. Para rektor, guru besar, dosen, peneliti, dan para pengurus organisasi di Badan Otonom NU dari berbagai daerah sudah kembali ke daerah, maupun tempat kerja masing-masing. Para peserta mengaku pelatihan MKNU sungguh berkesan.
“MKNU sangat menarik, dan penting banget. Saya menjadi mengerti kenapa bangsa ini butuh MKNU ,” kata Master Teknik Mesin- pecinta ilmu eksakta Atik Bintoro.
Peserta kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur tahun 1964 ini merupakan peserta MKNU dari kalangan ilmuwan eksakta. “Madrasah Kader NU adalah amanat Muktamar NU ke- 33 (Jombang), karena itu MKNU merupakan pengkaderan resmi PBNU,” kata Kepala Madrasah MKNU Fadli Yaser.
Sebagai ilmuwan Atik Bintoro meraih gelar insinyur pada 1989 dari Jurusan Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Ia juga lulus dengan predikat cumlaude dari Master Teknik Pascasarjana Prodi Teknik Mesin Universitas Indonesia pada 2002. Predikat tersebut berhasil diraih oleh Atik setelah berhasil mempertahankan tesisnya yang berujudul “Perancangan Teknik Struktur Tabung Motor Roket RX150-LPN”.
Tiga belas tahun kemudian, melalui SKEP Tahun 2015 Presiden Jokowi menganugerahkan kepada Atik Bintoro predikat sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN. APU adalah jabatan fungsional tertinggi untuk peneliti di lembaga penelitian milik pemerintah. Sudah maqomnya, Atik mendapatkan jabatan itu, karena santri dari Almaghfurlah Romo Kiai Misbahul Munir, Jajag, Banyuwangi ini memang pakar di Bidang Desain Kendaraan Ruang Angkasa, Misil dan Satelit. Persisnya aerostruktur, khususnya struktur ringan.
Melihat gelar akademiknya, dan statusnya sebagai peneliti yang sangat berhubungan dengan ilmu eksakta menjadi wajar bila saat proses pelatihan MKNU berlangsung 28 s.d. 1 Maret 2020 di Gedung UTC Universitas Negeri Jakarta, maupun di grup WAG untuk peserta, Atik seringkali mengusulkan agar NU mendirikan pesantren kekinian yang menjadikan matematika sebagai kajian utama.
Semula, sebelum mengikuti MKNU, berkutat di dunia penelitiannya itu Atik merasa sudah lumayan banyak berbuat untuk bangsa dan negara.
Begitu mengikuti MKNU nasional ke- 227, dan PW ISNU DKI yang pertama, Atik Bintoro mendapat info dari para pegiat utama di organisasi NU. “Saya dapat info dari pelaku utama, bagaimana Ulama NU berjuang lillahi ta’la, dari mulai kiai di pesantren-pesantren bale rombeng yang tak tersentuh peta pusat unggulan masyarakat, sampai kaum intelektual NU level Global berhikmat untuk umat manusia dengan semangat kesetaraan,” kata Atik tentang proses pelatihan MKNU yang dijalaninya.
Berbagai testimoni dan materi ke-MKNU-an itu telah menyatukan Amaliyah, Fikrah dan Harakah Sang Peneliti Aerostruktur yang nahdliyin ini. “Ketika nyanyi himne ISNU, emosi saya mengalir ke seluruh tubuh, serasa hampir pingsan, dan ketika menanggapi materi pelatihan yang dipaparkan oleh Ketum ISNU Pak Ali Masykur, emosi saya pun masih terasa, betapa ternyata saya belum berbuat apa-apa untuk masyarakat & kiyai kiyai NU di lingkungan saya. Padahal insya Alloh, masih banyak yang bisa diperbuat,” ungkap Rois Syuriyah MWC NU Kecamatan Rumpin, Bogor 2019-2024, yang kini menjabat Ketua Majelis Peneliti Utama di Pustekbang LAPAN.
Rasa lega telah lolos seleksi sebagai peserta MKNU yang diselenggarakan PW ISNU DKI, ditambah status akhir dinyatakan lulus oleh Kepala Madrasah MKNU begitu dirasakan oleh Atik Bintoro. “Saya pernah mendaftar ke MKNU Bogor, hanya waktu itu hampir bersamaan pimpinan LAPAN menugaskan saya ke Negara Belgia, untuk menjalin jejaring kerjasama riset Dinamika Getaran di Pesawat terbang. Alhamdulillah, MKNU PW ISNU DKI berkenan menerima saya menjadi peserta. Terima kasih ISNU DKI telah berkenan mempersilakan saya untuk mendapatkan tambahan barokah,” ungkap Atik Bintoro.
MKNU sangat berkesan juga diungkapkan oleh dua peserta lainnya di WAG khusus peserta. Keduanya adalah: Tjoki Aprianda Siregar, S.IP., MA, dan Uswatun. “Terima kasih kepada seluruh narasumber, fasilitator, dan panitia penyelenggara. Ini bukan sekedar MK, namun juga kegiatan yang sangat mencerahkan dan memberikan wawasan mengenai NU serta hal-hal yang perlu kita resapi dan perhatikan sebagai kader NU. Terima kasih sekali lagi,” ujar Diplomat Ahli Madya yang bergelar Diplomatik Minister Counsellor pada Direktorat Asia Timur dan Pasifik, Kemenlu R.I.
Di PW NU DKI Jakarta Tjoki menjabat Wakil Ketua LPBI NU DKI Jakarta.
Kesan hampir serupa juga disampaikan oleh Uswatun, seorang peserta MKNU dari UNJ. Uswatun mengaku berlatar belakang keluarga nahdliyin totok. “Terima kasih Kepada Panitia yang sudah kerja keras, sehingga acara berjalan sukses. Saya senang bisa ikut bergabung dan belajar lagi. Terima kasih narasumber yang dengan semangat memberikan ilmunya pada kami walaupun mata kami sulit sekali untuk dibuka saat kantuk datang. Semoga menjadi amal ibadah yang tidak putus, “ tulis Uswatun dalam WAG.
Abdullah Taruna