Politik

MUI dan PKS Respons Seruan Gatot Makmurkan Masjid di Kondisi Wabah Virus Corona

Channel9.id-Jakarta. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi pernyataan eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Diketahui, Gatot menyerukan gerakan memakmurkan masjid dan salat berjemaah di tengah wabah virus Corona.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam Sholeh menilai semangat keagamaan harus disertai pemahaman secara utuh.

“Jadi prinsipnya di dalam kehidupan beragama itu semangat keagamaan saja tidak cukup, semangat keagamaan harus disertai dengan pemahaman keagamaan secara utuh dan komprehensif,” ujarnya di kantor BNPB, Jl Pramuka, Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (19/3).

Dalam hukum Islam, lanjutnya, ada hukum yang seharusnya, tetapi ada juga hukum yang sesuai dengan kondisi faktual, atau yang biasa disebut ‘azimah’ dan ‘rukhsah’. Salah satu contohnya, syarat dalam salat fardu.

“Termasuk di dalamnya salat fardu. Salat fardu itu kan salah satu syaratnya harus berdiri, tapi jika mampu. Kalau ternyata dia nggak mampu, ya nggak dipaksakan untuk berdiri,” ujar dia.

Oleh karena itu, ia menilai pemahaman keagamaan secara utuh menjadi penting saat virus Corona tengah mewabah dan membuat kondisi menjadi darurat. Menurutnya, pencegahan agar wabah tidak semakin meluas juga penting dilakukan.

“Ya memang perintahnya adalah memakmurkan masjid, tetapi dengan cara apa? Di sinilah pentingnya pemahaman keagamaan secara utuh. Kalau terjadi wabah, ya harus ada antisipasi, pencegahan agar wabah tidak terus meluas,” tuturnya.

Dia menyebut, jika seseorang tengah terjangkit virus Corona, tidak diperkenankan berkeliaran, sekalipun untuk kepentingan ibadah. Menurutnya jika dipaksakan untuk beribadah bersama jemaah lainnya, itu bisa menjadi dosa juga hukumnya.

“Kalau kita terkena wabah ya maka kita tidak boleh keluar. Karena dengan aktifitas keluar itu potensial menyebarkan ke orang lain, sekalipun untuk kepentingan ibadah. Dan itu bisa jadi akhirnya dosa kalau kita paksakan untuk melaksanakan aktivitas ibadah,” jelas Asrorun.

Sedangkan, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW) menilai, kebijakan untuk tak salat berjemaah di masjid bukanlah bentuk phobia.

“Pak Gatot, bahkan Vatikan juga tutup Gereja-gereja di Roma, Betlehem ditutup juga. Jadi itu bukan untuk phobia terhadap Masjid,” tulis HNW melalui akun Twitternya, Kamis (19/3).

HNW menegaskan tidak hanya Indonesia yang menutup mesjid sementara, tetapi negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim juga melakukan kebijakan itu.

“Dan bukan hanya di Indonesia, di Saudi Arabia, Mesir, Turki, Malaysia juga,” lanjutnya.

HNW pun menilai kebijakan itu hanya untuk sementara demi mencegah penyebaran virus Corona. Dia menegaskan, agama pun mengajarkan untuk mencegah sesuatu yang membahayakan.

“Tapi itu hanya selama darurat Corona. Pak, Agama ajarkan cegah yang berbahaya & membahayakan,” kata HNW.

HNW memahami bahwa memakmurkan masjid adalah hal yang baik. Namun, bila dikaitkan dengan wabah yang tengah meraja lela di dunia, menurutnya ulama adalah panglimanya.

“‘Eks Panglima TNI Gaungkan Makmurkn Masjid & Salat Berjemaah Lawan Corona’. Makmurkan Masjid tentu baik. Tapi bila dikaitkan Korona, Ulama lah Panglimanya. Dan untuk itu sudah ada fatwa-fatwa dari Persatuan Ulama Se Dunia, Ulama Senior Saudi Arabia, Ulama al-Azhar dll,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

39  +    =  44