Oleh: Dr. USMAR. SE.,MM
Channel9.id – Jakarta. Pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan kita perlu berdamai dengan Corona, memunculkan multi tafsir dimasyarakat, mengingat sebelumnya, beliau mengatakan kita perang dengan Covid-19.
Ada tafsir yang mengatakan bahwa dengan pernyataan ini, berarti Presiden kita “lemah” dan sudah mengakui kalah terhadap serangan pandemi Covid-19 ini. Tapi ada juga yang mengatakan Presiden Jokowi memperlihatkan sisi keraguannya dalam bersikap, bahkan kalau kita meminjam istilah yang digunakan kalangan tertentu menyebutkan sikap yang mencla-mencle, seperti ungkapan yang mengatakan ucapan pagi hari hilang dibawa oleh angin semilir angin petang.
Benarkah demikian ? Tentu untuk secara pasti alasan tentang sikap Presiden seperti ini, hanya Presiden Jokowi sendiri yang lebih tahu. Tetapi saya sebagai warga negara yang hidup di negara tercinta ini, apapun sikap dan pilihan Presiden, tentu berdampak, baik secara personal maupun secara komunal. Maka saya mencoba menafsirkan dari ungkapan Presiden Jokowi “Kita Berdamai dengan Covid-19” ini,
Pertama, dalam kehidupan bernegara, sudah seharusnya warga negara mendukung dan menghormati Presidenya yang terpilih secara sah, meskipun mungkin ada opini lain yang berbeda Tetapi secara defacto dan dejure, Jokowi Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 suatu realitas tak terbantahkan.
Kedua, apakah mendukung dan menghormati Presiden yang terpilih secarah sah, harus dikuti dengan loyalitas tanpa batas dan tanpa reserve ? Tentu tidak jawabannya menurut saya. Karena sebagai bagian dari anak bangsa berpikir kritis, objektif dan benar dalam menjaga eksistensi bangsa dan negara adalah juga suatu keharusan. Karena sebagai insan yang berpikir tentu kita selalu terbuka untuk menganalisa berbagai persoalan kebangsaan dari berbagai sisi. Nah, dalam posisi inilah tulisan opini ini disampaikan.
Istilah berdamai disini, kalau saya memaknainya bahwa kita harus realistis, bahwa disatu sisi Virus Corona ini dan mungkin nanti ada virus-virus berbahaya lainnya, tetap akan ada, meski sampai nanti akan ditemukannya Vaksin virus tersebut. Namun disisi lain kehidupan manusia dengan segala dinamika kebutuhan hidup dan untuk bertahan hidup tetap juga harus dipenuhi. Karena itu pertanyaan dari awal yang selalu ada di benak masyarakat, sampai kapan berbagai pembatasan terhadap aktivitas masyarakat terutama di sektor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berpacu dengan daya tahan fisik dan psikologis yang makin rapuh itu, seolah menemui jawaban sementaranya, saat Presiden Jokowi mengatakan, “mari kita berdamai” dengan Virus Corona.
Skema New Normal
Ketika geliat sektor ekonomi sudah harus dimulai, untuk menopang daya tahan ekonomis dan psikologis masyarakat yang makin melemah dampak dari berbagai pembatasan aktivitas utamanya di sektor ekonomi, maka yang perlu di sampaikan kepada masyarakat dan diterapkan dengan konsisten untuk semua orang dan semua kalangan, adalah kita akan kembali hidup normal tetapi menghadapinya dengan normal dan cara baru (new normal).
Hidup Normal dengan cara baru (new normal) menjadi sangat penting ini disampaikan, karena kita sedang melewati arus Vivere Pericoloso atau hidup penuh bahaya. Dimana saat ini kita melakukan aktivitas ditengah kondisi virus masih ada dan rentan menyebar, sementara vaksin belum ditemukan.
Sehingga tidak ada pilihan bagi kita semua, menjalankan berbagai aktivitas. Dengan istilah New Normal ini, dengan membangun cara baru, peluang baru, budaya baru yaitu lebih disiplin terhadap protokol keselamatan dan kesehatan, untuk berdamai dan mungkin memenangkan perang dengan Virus Corona atau Covid-19 ini dengan menghambat dan memperlambat penyebarannya, sampai Vaksin ditemukan untuk melemahkan dan memusnahkannya.
Dengan sikap seperti ini kita menjadi Orang REALISTIS. Ibarat pelaut yang menyesuaikan layarnya dengan angin, bukan seperti Orang PESIMIS ibarat Pelaut yang Selalu Mengeluhkan Angin.
Penulis: Ketua Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Moestopo (Beragama) Jakarta.