Nasional

Asal Usul Makam Raga Semangsang Di Tengah Jalan Kota Purwokerto

Channel9.id – Jakarta. Bagi warga Purwokerto mungkin tidak terlalu asing dengan keberadaan bangunan tua, berbentuk kotak yang berada di tengah pertigaan Jalan Raga Semangsang. Lokasinya sebelah timur pendopo Sipanji, kota Purwokerto.

Namun barangkali tidak banyak yang tahu jika bangunan tua, tembok tebal adalah sebuah makam yang konon usianya sudah ratusan tahun.  Di samping bangunan makam yang terlihat kokoh, ada pintu kecil yang terbuat dari besi, di dalamnya ada bekas-bekas orang berziarah, pembakaran dupa.

Dari cerita turun-temurun melalui lisan, memang tidak ada yang tahu persis,  siapa yang dimakamkan ditempat tersebut.  Kenapa dinamakan makam Raga Semangsang. Apakah memang yang meninggal adalah orang yang bernama Raga Semangsang?  Tidak ada jawaban yang pasti. Hanya jika dari arti raga semangsang, berarti mengandung arti badan yang tersangkut atau tergantung. Raga yang satu sama lain terpisah.

Kenapa makam itu ada ditengah jalan? Konon makam tersebut sudah berulang kali akan dipindahkan namun selalu gagal. Karena tidak ada yang kuat, setiap ada pejabat yang akan memindahkan makam, malamnya akan mendapat mimpi yang tidak menakutkan. Akhirnya makam tersebut dibiarkan, meski ada pelebaran jalan di kanan kirinya.

Menurut banyak cerita lisan dari mulut ke mulut, makam Ragasemangsang dulunya adalah orang sakti. Dia tidak bisa mati selama dirinya masih menginjakkan kaki di atas tanah. Orang sakti tersebut baru dapat mati ketika dirinya digantung di atas pohon karena tidak menyentuh tanah lagi.

“Versi pertama itu ada mayat di pohon Beringin diturunkan dan dimakamkan di situ. Itu ada di zaman kerajaan orang yang sakti itu ketemu dengan Raden Pekih dan bertarung,” jelas tokoh masyarakat yang ada disekitar makam.

Karena kakinya masih menginjak tanah katanya, dia tidak bisa mati. Kemudian muncul versi cerita, baru bisa mati setelah digantung di atas pohon.

Saat itu , Raden Pekih kalah oleh Ragasemangsang meskipun tubuhnya telah tercabik-cabik oleh senjata namun kembali menyatu setiap kali menyentuh tanah. Akibat kalah ilmu, akhirnya Raden Pekih tewas dalam adu kesaktian tersebut.

Menurut dia, makam tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu, bahkan sejak dirinya bermukim di sekitar wilayah tersebut. Makam tersebut sudah ada dan banyak orang yang ziarah ke makam tersebut. Malah orang dari luar kota seperti Tasikmalaya dan Surabaya, serta warga Tionghoa yang datang ziarah. Bahkan hingga pejabat pun menurutnya pernah ada yang mendatangi makam tersebut.

Kalau dari masyarakat lingkungan tidak pernah, justru yang pada datang itu orang luar kota, dari Tasikmalaya, dari Surabaya. Keistimewaannya itu, tapi untuk yang percaya. Meskipun jalan  raga semangsang dan pertigaan sangat sibuk tapi tidak pernah terjadi kecelakaan, jadi seolah olah ada yang. Melindungi.

Jika  dilihat dari segi bangunannya lebih mendekati jaman kolonial Belanda dengan batu bata tebal. Namun semua cerita tersebut juga bisa dikaitkan dengan pertarungan Kyai Pekih dengan garong sakti tersebut dan dimakamkan di lokasi itu. Pada saat ada pemindahan Pendopo Kabupaten dari Banyumas ke Purwokerto, makam tersebut kemudian dibuat permanen.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  41  =  48