MINUSMA: “Serangan Udara Prancis Menewaskan 19 Warga Sipil”
Internasional

MINUSMA: Serangan Udara Prancis Menewaskan 19 Warga Sipil

Channel9.id-Mali. Penyelidik PBB mengungkapkan setidaknya 19 warga meninggal pada serangan udara yang dilancarkan Prancis. Laporan itu berdasarkan wawancara dengan para penduduk lokal yang mengatakan serangan udara itu mengenai sebuah pesta pernikahan, berbeda dengan laporan versi Prancis yang mengatakan serangannya hanya mengenai para pemberontak.

Divisi HAM PBB yang menjalankan misi di Mali (MINUSMA) mengatakan pada Selasa (30/03/2021) kalau mereka sudah mengunjungi desa Bounti dimana serangan itu terjadi di tanggal 3 Januari. Mereka sudah meneliti foto-foto satelit dan menginterview 400 orang, termasuk 115 yang diinterview secara langsung.

“MINUSMA dapat mengkonfirmasi bahwa ada perayaan pernikahan yang dihadiri sekitar 100 orang di lokasi serangan udaran Prancis,” kutip laporan MINUSMA yang dirilis pada hari Selasa (30/03/2021).

Baca juga : Nepal Diselimuti oleh Asap Kabut Tebal

Laporan tersebut mengatakan 19 orang, yang mana 16-nya warga sipil dan tiganya adalah orang-orang bersenjata, meninggal ditempat, sedangkan tiga warga sipil lainnya meninggal saat sedang dilarikan ke rumah sakit.

“Ada lima orang bersenjata diantara para pengunjung pernikahan. Kami menduga mereka adalah anggota kelompok Katiba Serma,” tulis laporan MINUSMA. Katiba Serma sendiri diduga mempunyai hubungan dengan al-Qaeda.

Temuan tersebut merupakan kritik langka terhadap tindakan pasukan Prancis di Mali.

“Kelompok yang terkena dampak serangan tersebut sebagian besar merupakan warga sipil yang dilindungi oleh hukum humanitarian internasional,” kutip laporan tersebut.

Penduduk lokal mengatakan serangan ini mengenai pesta pernikahan yang dihadiri oleh para warga sipil.

Tiga penduduk Bounti mengaku kepada Human Rights Watch (HRW) bahwa laki-laki dan perempuan dipisah pada pernikahan tersebut.

Mereka mengatakan bahwa pesta pernikahan tersebut sudah direncakan sebulan sebelumnya dan banyak warga berdatangan dari luar kota dan desa-desa lainnya, ungkap laporan dari HRW.

“Tiba-tiba kami mendengar suara jet, dan semuanya terjadi dengan sangat cepat,” ujar seorang laki-laki berumur 68 tahun kepada HRW.

“Saya mendengar suara ledakan yang keras, duar, dan tak lama setelah itu ada lagi suara ledakan. Saya kehilangan kesadaran saya selama beberapa menit dan saat saya bangun kaki saya sudah berdarah-darah dan disekitar saya banyak orang terluka dan juga ada yang sudah tergeletak lemas tak bernyawa,” katanya.

Menurut laporan dari militer Prancis, serangan itu membunuh sekitar 30 pemberontak yang diidentifikasi menggunakan kamera pengawas di udara, dan membantah ada perayaan pernikahan di desa Bounti pada hari itu. Tak lama setelah itu MINUSMA melakukan penyelidikannya.

Pada hari Selasa Prancis membantah temuan PBB itu.

Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan dengan tegas dan menegaskan kembali bahwa serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Prancis itu menargetkan kelompok teroris bersenjata di dekat desa Bounti.

“Satu-satunya sumber kongkrit laporan itu adalah testimoni dari warga lokal. Namun, mereka tidak pernah ditranskripkan, identitas para saksi ataupun kondisi saat pengambilan testimoni tersebut tidak diketahui,” ujarnya.

“Maka dari itu tidak mungkin untuk memisahkan sumber yang kredibel dengan testimoni-testimoni palsu dari simpatisan teroris atau testimoni dari orang-orang yang diancam oleh kelompok teroris tersebut,” tutupnya.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  60  =  61