Channel9.id – Jakarta. Sekolah formal, bukan satu-satunya lembaga yang berperan melakukan pengajaran dan pendidikan terhadap anak. Banyak kelompok masyarakat yang memiliki inisiatif mendirikan komunitas pendidikan untuk membantu mengembangkan potensi anak. Salah satu komunitas pendidikan yang inspiratif itu adalah Sekolah Merdeka.
Sekolah Merdeka adalah komunitas pendidikan alternatif yang didirikan pada 2018. Pendirinya adalah Fajar Subhi, alumni mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2015 Universitas Negeri Jakarta. Sekolah Merdeka didirikan dengan tujuan mengembangkan dan menyalurkan minat dan bakat anak. Lokasi Sekolah Merdeka berada di RW05, Rawabunga, Jatinegara, Jakarta.
“Kami tergerak untuk memberikan sebuah pengabdian masyarakat dalam konteks pembelajaran non formal. Anak-anak di sana (Rawabunga, Jatinegara) butuh pengarahan pendidikan, energi hiperaktif mereka harus disalurkan untuk minat dan bakat,” kata Founder Sekolah Merdeka ini.
Fajar menyampaikan, pemilihan nama Sekolah Merdeka terinspirasi dari buku Ki Hadjar Dewantara berjudul ‘Menuju Manusia Merdeka’. Buku itu menjelaskan upaya untuk membangun kesadaran merdeka anak dengan membentuk jiwa dan karakternya. Sekolah Merdeka, kata Fajar, ingin mengimplementasikan konsep dari Ki Hadjar Dewantara itu.
“Selain itu, menurut Frobel, anak punya hakikat untuk bergerak dan bermain. Idealnya, sekolah itu Kindergarten, taman bermain anak,” kata Fajar.
Sekolah Merdeka menjadi wadah untuk menyalurkan minat dan bakat anak. Dalam menyalurkan hal itu, ada tiga aspek yang menjadi ciri khas Sekolah Merdeka. Tiga aspek itu yakni nilai sosial, nilai religius, dan nilai keIndonesiaan.
Nilai sosial diajarkan supaya anak bisa peka terhadap diri sendiri dan lingkungan seperti mengajarkan rasa tolong menolong antar teman. Kemudian, nilai religius untuk meningkatkan wawasan agama serta instrumen untuk menjadi anak sholeh.
“Terakhir nilai keIndonesiaan atau nasionalisme. Tapi berbicara nasionalisme yang ruang lingkupnya ringan. Seperti konteks lingkungan, bagaimana peduli lingkungan,” ujar Fajar.
Sekolah Merdeka mengedepankan dialog atau komunikasi dua arah dalam pembelajarannya. Selain itu, Sekolah Merdeka memiliki berbagai metode pembelajaran untuk mengembangkan potensi diri anak, seperti kegiatan untuk mengembangkan ekpresi dan rasa percaya diri anak di depan publik.
“Di pekan terakhir kita kembangkan aspek literasi, biasanya kita membuat kegiatan supaya anak bisa mengekpresikan diri seperti membaca puisi, membaca dongeng, membuat dongeng, atau membuat cerita dari pengalaman mereka. Apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka lakukan kita minta tulis. Kemudian kita minta anak-anak untuk membacakan pengalaman mereka. Kita mencoba melatih mereka untuk berani berbicara,” kata Fajar.
Saat ini Sekolah Merdeka memiliki lebih dari 30 anak didik. Puluhan anak tersebut masih duduk di kelas 1 hingga 5 Sekolah Dasar. Sekolah Merdeka memiliki 11 pengurus yang sebagian besar merupakan mahasiswa dan alumni UNJ.
Pertemuan dilakukan rutin setiap Sabtu dengan dua sesi pengajaran. Sesi pertama, para guru akan membantu anak didik untuk mengerjakan tugas sekolah. Sesi kedua, anak akan diberikan pembelajaran untuk mengembangkan aspek sosial, religius, dan keIndonesiaan. Selain itu, Sekolah Medeka juga rutin mengadakan Study Tour ke perpustakaan, jalan-jalan ke lingkungan Rawabunga untuk mengembangkan kepekaan sosial dan lingkungan, dan lain-lain.
HY