Disebut “Membunuh Orang” oleh Biden, Facebook Mengelak
Techno

Disebut “Membunuh Orang” oleh Biden, Facebook Mengelak

Channel9.id-Jakarta. Beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut bahwa platform media sosial, seperti Facebook, membunuh orang dengan menyebarkan informasi yang salah tentang COVID-19. Mengenai hal ini, Facebook mengelak.

Vice President Integrity di Facebook Guy Rosen menulis melalui blognya bahwa fakta menceritakan kisah yang sangat berbeda dari yang disampaikan oleh pemerintah beberapa hari terakhir.

“Pada saat kasus COVID-19 meningkat di Amerika, pemerintahan Biden memilih untuk menyalahkan segelintir perusahaan media sosial Amerika. Padahal media sosial memainkan peran penting dalam masyarakat, jelas bahwa kita membutuhkan pendekatan ke seluruh masyarakat untuk mengakhiri pandemi ini. Dan fakta, bukan tuduhan, harus membantu menginformasikan upaya itu,” tulis Rosen, Sabtu (17/7).

Sebelumnya, pada Jumat, 16 Juli 2021, reporter NBC News Peter Alexander bertanya kepada Biden apa pesan yang ingin disampaikan untuk platform seperti Facebook. Biden menjawab,”mereka membunuh orang … satu-satunya pandemi adalah di antara orang yang tidak divaksinasi, dan mereka membunuh orang.”

Melalui unggahan di blog, Rosen mengatakan bahwa Facebook telah bekerja dengan Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh dan Universitas Maryland untuk menyurvei global tentang gejala, pengujian, dan tingkat vaksinasi COVID-19. Hasilnya, didapati bahwa 85% pengguna Facebook di AS telah atau ingin divaksinasi COVID-19. “Adapun tujuan Presiden Biden adalah agar 70% orang AS divaksinasi pada 4 Juli. Hadirnya Facebook bukanlah penyebab target itu terlewatkan,” tambah Rosen.

Untuk diketahui, komentar Biden muncul di tengah meningkatnya tekanan dari Gedung Putih terhadap Facebook dan platform sosial lainnya, yang ingin membendung aliran informasi yang salah tentang vaksin COVID-19 di platform mereka.

Ahli Bedah Umum Vivek Murthy merilis laporan pada Kamis (15/7) tentang menghadapi informasi kesehatan. Laporan ini juga memberi rekomendasi untuk berbagai pemangku kepentingan, termasuk platform teknologi, individu, pendidik, profesional kesehatan, penyandang dana, peneliti, jurnalis, dan pemerintah.

Adapun rekomendasi untuk platform termasuk untuk memperkuat pemantauan informasi yang salah, dan memperkuat komunikasi dari utusan tepercaya dan pakar materi pelajaran.

Sementara itu, masih melalui unggahannya, Rosen berpendapat bahwa Facebook telah menindaklanjuti rekomendasi Murthy.

Kemudian juru bicara Facebook mengatakan pada Jumat (16/7) bahwa tuduhan tidak didukung oleh fakta. Beberapa Anggota Parta Republik juga mengaku prihatin tentang upaya Gedung Putih, di mana Anggota Kongres Ken Buck mengatakan bahwa Gedung Putih berkolusi dengan Facebook untuk menyensor orang AS.

Menanggapi komentar itu, juru bicara Gedung Putih mengacu pada komentar Murthy di Fox News Sunday.

“Ini bukan tentang saya atau tentang perusahaan media sosial tertentu, ini tentang kesehatan orang AS. Dan kenyataannya adalah bahwa informasi yang salah masih menyebar seperti api di negara kita, dibantu dan didukung oleh platform teknologi,” kata Murthy.

Ia juga mengakui bahwa beberapa perusahaan teknologi telah mengambil langkah positif, namun itu tidak cukup. “Terlepas dari beberapa tindakan yang telah mereka ambil, kami masih melihat penyebaran misinformasi yang signifikan,” ujarnya, di media sosial.

“Saya meminta perusahaan-perusahaan ini untuk melangkah dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi di situs mereka. Saya meminta mereka untuk memperhatikan orang-orang di seluruh negeri ini yang hidupnya bergantung pada akses ke informasi yang akurat. Dan itulah yang akan terus saya lakukan,” tambah Murthy.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  3  =