Channel9.id-Jakarta. “Badai Pasti Berlalu” yang dinobatkan sebagai album Indonesia terbaik oleh majalah Rolling Stone Indonesia tahun 2007, dirilis ulang dalam bentuk piringan hitam (vinyl) oleh label rekaman Mastersound dan Elevation Records.
Co-founder PHR Pressing yang mewakili Elevation Records, Taufiq Rahman menjelaskan alasan di balik perilisan ulang “Badai Pasti Berlalu” karena rilisan fisik album tersebut saat ini sudah sulit ditemukan. Album yang pertama kali rilis tahun 1977 itu juga sebelumnya tidak pernah dirancang untuk rilis dalam bentuk piringan hitam.
“Ini kan album yang sudah monumental tapi sama seperti kebanyakan album-album masterpiece di Indonesia, artefak fisik dari tahun itu sudah tidak ada pasti,” kata Taufiq dalam sebuah sesi gelar wicara di Jakarta Pusat, Minggu (25/8/2024).
Lebih lanjut, Taufiq menerangkan album tersebut. “Secara visual album ini kan tidak pernah dirancang untuk dirilis sebagai format piringan hitam karena itu awalnya hanya dirilis dalam format kaset dan tidak pernah ada format vinyl dari tahun 1977 dan vinyl yang beredar yang harganya hampir ratusan juta itu mungkin adalah copy radio yang hanya dicetak dalam jumlah yang sangat terbatas,” terangnya.
Taufiq mengaku proses penerbitan ulang album ini dilakukan dari nol dimana pihak label mencari terlebih dahulu rekaman audio versi tahun 1977 dengan kualitas terbaik.
Dalam menghasilkan rekaman lagu dengan kualitas lebih baik, Taufiq menjelaskan pihaknya sampai menggandeng studio-studio dari Amerika Serikat dan Eropa.
“Jadi secara audio, dan kalau teman-teman bisa mendengarkan sekarang itu yang lebih dari layak, saya pikir itu adalah hasil kerja keras dari studio-studio besar dunia,” tandasnya.
Adapun, pengarah musik album “Badai Pasti Berlalu” Eros Djarot mengungkapkan cara mendapat inspirasi saat proses kreatif penciptaan lagu-lagu dalam album yang rilis pada tahun 1977 itu.
Eros mengatakan untuk menulis lagu tema pengisi film berjudul sama itu, tidak semata-mata hanya menonton hasil jadi film yang sudah rampung. Dirinya bahkan ikut terlibat selama proses syuting agar memahami lebih dekat curahan emosi dan perasaan yang ditampilkan film tersebut.
“Kalau kita bikin musik itu kan biasanya kita harus liat filmnya dulu, saya justru terlibat dari mereka syuting saya ingin tahu supaya lebih dekat. Karena saya kan dari umur 19 hidup saya di Eropa sehingga individunya berbeda,” bebernya.
Bagi Eros, merasakan langsung perasaan dan interaksi romansa seperti yang diinterpretasikan oleh film “Badai Pasti Berlalu” membuatnya lebih mudah mendapatkan imajinasi untuk menciptakan lagu yang mendukung penyampaian emosi sebuah adegan.
“Pada saat saya menciptakan itu saya bermain dengan imajinasi saya, dengan patokan tidak boleh melebihi emosi yang ada tapi lebih baik saya mentransformasi apa yang saya rasakan. Tentu saya tempelkan ke film dengan harapan musik itu kan justru harus mengentalkan dan menguatkan dramanya atau justru mengurangi,” paparnya.
Menurut dia, proses kreatif yang hanya terpaku pada visual film tidak akan mengembangkan imajinasi untuk menciptakan lagu.
“Gambar adalah yang mengikat, saya disiplin untuk tidak terlalu menyebar. Tapi untuk mendapatkan rohnya, saya hanya bergantung pada adegan yang saya lihat, mungkin saya terperangkap. Saya tidak mau terperangkap oleh itu,” pungkasnya.
Album “Badai Pasti Berlalu” dirilis tahun 1977 yang berisi lagu tema film dengan judul yang sama arahan sutradara Teguh Karya dan dibintangi oleh Christine Hakim, Roy Marten, dan Slamet Rahadjo.
Eros Djarot sebagai pengarah musik, mengajak beberapa penyanyi dan musisi dalam proses produksi album ini antara lain Chrisye, Berlian Hutauruk, Yockie Suryo Prayogo, Keenan Nasution, Debby Nasution, dan Fariz RM.
Piringan hitam album “Badai Pasti Berlalu” tersedia dalam dua varian warna yakni hijau yang dijual seharga Rp 595 ribu dan hitam yang dijual seharga Rp 495 ribu.
Baca juga: Thee Marloes Rilis Album ‘Perak’ Versi Digital, Cetakan Vinyl, CD, dan Kaset
Kontributor: Akhmad Sekhu