Channel9.id. Pada pekan lalu, kode dasar untuk rekomendasi “For You” Twitter dibeberkan di GitHub. Hal ini lantas disambut oleh mereka yang “kepo” dengan Twitter. Berkat hal ini, diketahui bahwa ternyata tweet pemilik baru Twitter, Elon Musk, punya kategori sendiri—di samping politisi Demokrat dan Republik, serta pengguna yang menonjol.
Merespons temuan itu, para teknisi di Twitter berdalih bahwa kategori itu untuk pelacakan statistik. Twitter sendiri sudah menghapus kode dasar itu dari GitHub. Namun, temuan itu memunculkan spekulasi bahwa para teknisi Twitter memberikan perhatian khusus pada Elon Musk dan berupaya mem-boost tweet-nya secara artifisial.
Kode dasar itu diharapkan memberi wawasan baru tentang cara kerja Twitter. Namun, ini rupanya tak menunjukkan tentang bagaimana “algoritme” benar-benar bekerja, menurut para teknisi yang mempelajarinya.
Kode dasar yang dibagikan Twitter adalah versi algoritme Twitter yang sudah diedit, menurut Sol Messing, profesor asosiasi di Pusat Media Sosial dan Politik NYU dan mantan karyawan Twitter. Pertama, kode itu tak mencakup setiap sistem yang berperan dalam rekomendasi Twitter.
Twitter mengaku pihaknya menghapus kode itu dari GitHub untuk mencegah aktor jahat menyalahgunakannya. Pun untuk “memastikan bahwa keamanan dan privasi pengguna akan dilindungi.” Keputusan itu bahkan lebih penting, menurut Messing.
“Model yang menggerakkan bagian terpenting dari algoritme belum menjadi sumber terbuka,” katanya kepada saya. “Jadi bagian terpenting dari algoritme masih belum bisa dipahami.”
Untuk diketahui, pembeberan kode dasar Twitter itu tak lepas dari motivasi Elon Musk yang ingin menjadikan algoritme Twitter sebagai sumber terbuka atau “open source”.
“Salah satu hal yang menurut saya harus dilakukan Twitter adalah membuka sumber algoritme dan membuat perubahan apa pun pada tweet orang—jika ditekankan atau dikurangi—tindakan itu harus terlihat jelas,” kata Musk pada April 2022 lalu. “Jadi siapa pun bisa melihat tindakan apa saja yang telah diambil, sehingga tidak ada manipulasi di balik layar, baik secara algoritme maupun manual.”
Tetapi tak satu pun dari kode dasar yang diungkapkan Twitter memberi tahu tentang potensi bias atau jenis “manipulasi di balik layar” menurut Musk. “Tapi itu tidak benar-benar memberikan wawasan tentang apa yang dilakukan algoritme. Itu tidak benar-benar memberikan wawasan tentang mengapa peringkat tweet seseorang diturunkan dan mengapa peringkat tweet orang lain naik,” kata Messing.
Messing juga menunjukkan bahwa perubahan API Twitter baru-baru ini pada dasarnya menghentikan sebagian besar peneliti untuk mengakses sejumlah besar data Twitter. Tanpa akses API yang tepat, peneliti tak bisa melakukan audit sendiri, yang bisa memberi detail baru tentang cara kerja algoritme. “Jadi pada saat yang sama Twitter mengungkapkan kode ini, sangat sulit bagi peneliti untuk mengaudit kode ini,” ujarnya.