Politik

Anggota Komisi VIII DPR: Saya Usul Masjid Tetap Buka Tapi Terapkan Protokol Kesehatan

Channel9.id-Jakarta. Pemerintah dan MUI mengimbau umat Islam agar beribadah di rumah di tengah pandemi corona. Dalam aturan PSBB, bahkan tempat ibadah harus tutup selama PSBB.

Anggota Komisi VIII DPR, Laksdya TNI (Purn) Moekhlas Sidik, mengusulkan agar dibolehkan beribadah di masjid saat corona, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

“Kami bicara soal masjid, Pak. Kami tadinya diam-diam karena setelah ada (isu) kelonggaran atau relaksasi masjid bisa dibuka, tetapi faktanya tidak,” ucap Sidik dalam rapat dengan Kemenag, Senin (11/5).

Sidik menyatakan, masjid di sebuah perkampungan adalah simbol keislaman dan kebanggaan umat Islam. Tapi saat ini sepi karena diimbau salat di rumah.

“Membangun masjid dengan susah payah, tahu-tahu sekarang ditutup begitu saja, menurut saya ini kesalahannya bukan masalah tutup atau tidak, manajemennya Pak,” tuturnya.

Politikus Gerindra itu lalu membandingkan dengan kantor-kantor yang dibolehkan buka di masa pandemi corona. Mereka buka dengan mengubah manajemen sesuai protokol kesehatan.

“Kenapa kantor Kemenag sampai sekarang buka, manajemennya Pak. Enggak ditutup kok. Termasuk kantor presiden pun tidak ditutup. Yang diatur adalah manajemennya. Misalnya soal jarak di dalam kantor. Bahkan kalau waktu kerja Pak, kantor kami tentara bisa 12 jam, Pak, kantor kantor normatif cuma 8 jam,” bebernya.

Masjid sangat sedikit waktunya mungkin Zuhur setengah jam Ashar setengah jam. Ini menurut saya manajemen yang keliru, menurut saya tetap dibuka, tetapi pengaturan waktu solat diatur Pak.

Karena itu, Sidik meminta Kemenag membicarakan dengan pemerintah agar masjid tetap buka, atau istilahnya ‘relaksasi masjid’ merujuk relaksasi PSBB/transportasi, tinggal protokol kesehatannya dijalankan.

“Saran saya dengan adanya relaksasi menteri agama harus berjuang kepada pemerintah, jangan diem aja Pak. Harus dibuka dengan cara manajemen diubah. Jangan dianggap orang Islam ini bodoh bodoh. Kok begitu-begitu saja, diam diam saja,” terang Sidik.

“MUI pun perlu diajak bicara Pak. Karena MUI juga lebih senang kalau kita tidak ke masjid sementara yang dipandang ini manajemennya bisa diatur,” tutupnya.

(vru)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

83  +    =  85