Nasional

Antisipasi ROB Susulan, Pemkot Surabaya Siapkan Lokasi Evakuasi

Channel9.id-Surabaya. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan berbagai upaya penanggulangan bencana gelombang air pasang, banjir rob, dan angin kencang yang menerpa pesisir timur Kota Surabaya pada Rabu yang menyebabkan puluhan perahu nelayan rusak.

Salah satunya dengan menyebar delapan pos pantau di pesisir pantai Surabaya, Warga sekitar pun merasa was-was lantaran kejadian serupa diprediksi masih akan terjadi higga dua hari ke depan.

Akibat dari kejadian tersebut, terdapat kurang lebih 22 perahu yang mengalami kerusakan lebih dari 50 persen akibat diterjang gelombang pasang. Meski kapal-kapal tersebut sudah memiliki asuransi, namun Pemkot Surabaya juga membantu perbaikan perahu sehingga bisa digunakan kembali.

Baca juga : Khofifah Ajak Masyarakah Ubah Perilaku Jadi Hidup Bersih dan Sehat

Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPB) dan Linmas Kota Surabaya, Irvan Widyanto menjelaskan, setelah terjadinya gelombang pasang tersebut, pihaknya langsung memeriksa keadaan para nelayan dan warga sekitar. Ia mencatat setidaknya ada 39 perahu yang rusak.

“Perahu nelayan setempat mengalami kerusakan, peralatan hilang, bahkan empat di antaranya sempat tenggelam. Bagi nelayan yang kapalnya mengalami kerusakan ringan, petugas BPB dan Linmas bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) membantu memperbaikinya. Empat perahu juga sempat tenggelam, namun sudah dievakuasi ke bibir pantai,” ujar Irvan, Jumat (13/11/20)

Hingga saat ini, lanjut Irvan, belum ada warga yang mengungsi lantaran terdampak ataupun antisipasi gelombang pasang susulan. Sementara pihaknya sudah menyiapkan Sentra Ikan Bulak (SIB) sebagai lokasi evakuasi warga jika pemukiman terkena banjir rob.

“Kalau terjadi lagi, SIB kami siapkan khusus untuk pesisir Bulak. Jadi nanti kalau memang terjadi lagi gelombang tinggi, sehingga rumah itu sementara tidak bisa ditempati maka evakuasi kami siapkan di SIB,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala BMKG Maritim Kelas II Tanjung Perak, Taufiq Hermawan mengatakan, fenomena itu disebabkan adanya perbedaan tekanan udara antara wilayah utara dan selatan Katulistiwa yang cukup signifikan. Kemudian membuat kondisi medan angin secara regional menunjukkan pola fetch.

Yakni angin dengan arah konstan dalam area luas yang cukup panjang. “Sehingga potensi peningkatan kecepatan angin semakin tinggi,” ujarnya .

Berdasarkan data medan angin jam 12 UTC tanggal 11 November 2020, kata Taufiq, perbedaan tekanan mencapai 12 mb, di mana nilai tekanan di wilayah selatan mencapai 1020 hPa, sedangkan di sebelah barat Sumatera hanya 1006 hPa. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan hembusan fetch, terutama yang masuk celah Selat Madura.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

60  +    =  61