Nasional

Prof. Arief Rahman: Guru Perlu Kembangkan Nilai Karakter Anak Dalam Suasana Home Learning

Channel9.id Jakarta. Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Arief Rahman menyatakan, guru perlu mengembangkan sejumlah nilai karakter anak dalam suasana home learning di masa pandemi Covid-19.

Ada 21 nilai karakter yang perlu dikembangkan dalam diri anak, di antaranya meyakini kehadiran Tuhan, berpikir luas dan terbuka, mandiri, konsisten berpikir ilmiah, hingga halus perasaannya.

“Nilai-nilai itu yang perlu dikembangkan potensinya,” kata Arief dalam Seminar Nasional Pendidikan Via Online ‘Merdeka Belajar Dalam Suasana Home Learning’ yang digelar Labschool, Rabu (22/4).

Dalam upaya mengembangkan nilai tersebut, Arief menegaskan, harus ada usaha menciptakan suasana dan proses belajar yang membuat siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. Hal itu tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1.

“Potensi tersebut harus memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara,” ucap Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO itu.

Dalam hal ini, peran guru menjadi penting. Guru berperan menerjemahkan nilai-nilai karakter yang akan disalurkan kepada anak. Namun, guru harus mengembangkan ilmu pengetahuan supaya mudah dipahami anak.

“Kemudian, tercipta proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya),” kata Arief.

Selain mengembangkan ilmu pengetahuan, guru harus memiliki kondisi psikologis yang baik, menguasasi metodologis, bisa bersosialisasi, serta jasmani yang baik.

“Semuanya harus lengkap, misalnya bila ia tak memiliki badan sehat (jasmani) maka tak bisa mengajar,” lanjutnya.

Selain itu, guru harus memiliki sikap yang stabil dalam mengajar. Guru tak boleh mengajar dengan kondisi sikap yang tidak stabil seperti, sangat murung, perasa tidak tenang, kaku, dingin, pendiam, dan sabagainya.

“Guru harus bersikap stabil, seperti emosi seimbang, damai, terkendali, optimis, aktif, fleksibel, memahami perbedaan, dan lain-lain,” ujarnya.

(Hendrik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  68  =  72