Channel9.id-Amerika Serikat. Ketakutan warga AS terhadap varian Omicron semakin menjadi setelah keluar laporan kasus pertamanya, Kamis (2/12/2021).
Kasus pertama Omicron di AS itu dilaporkan menular kepada seorang warga dari California yang baru pulang dari Afrika Selatan pada tanggal 22 November lalu dan dinyatakan positif tujuh hari lalu.
Presiden Joe Biden saat ini tengah mengupayakan strategi dalam melawan Covid-19 pada musim dingin ini dan salah seorang narasumber mengatakan kepada Reuters kalau salah satu langkahnya adalah mewajibkan para pengunjung untuk menggunakan masker sampai pertengahan bulan Maret.
Gedung Putih juga berencana untuk mengumumkan kebijakan tes Covid-19 yang lebih ketat untuk wisatawan luar negeri.
Maskapai penerbangan di Amerika Serikat diperintahkan untuk memberikan nama-nama penumpang yang datang dari daerah selatan Afrika.
Varian baru yang ditemukan pada tanggal 8 November di Afrika Selatan ini masih diselimuti kabut misteri. Varian yang disebutkan lebih berbahaya dari Delta ini sudah menyebar ke sampai sekitar 20 lebih negara.
Ahli penyakit menular tersohor AS, Anthony Fauci, pada hari Rabu menuturkan butuh waktu sekitar dua minggu, bahkan lebih, untuk mengetahui seberapa mudah varian ini menular, seberapa parah penyakit yang disebabkan, dan apakah dapat dihindari dengan vaksin yang sekarang.
Berdasarkan data awal epidemiologi, Institut Nasional Penyakit Menular (NICD) dari Afrika Selatan melaporkan ada indikasi kalau Omicron dapat menghindari beberapa pertahanan tubuh, namun vaksin yang sekarang disebutkan masih dapat melindungi kita dari penyakit parah dan kematian.
Epidemiologis WHO, Maria van Kerkhove pada jumpa pers mengatakan kalau data mengenai kecepatan menular Omicron akan segera keluar dalam beberapa hari kedepan ini.
CEO BioNTech menyebutkan vaksin terbaru buatan mereka dengan Pfizer akan memberikan perlindungan lebih kuat terhadap Omicron.
Dugaan awal terhadap Omicron adalah varian baru ini lebih mudah menular daripada varian Delta. Karena kabar tersebut, pasar finansial menjadi kacau dan khawatir kalau peraturan Covid-19 yang baru dapat menghambat pemulihan ekonomi setelah dihantam pandemi selama dua tahun.
(RAG)