Channel9.id-Jakarta. Pandemi virus corona (SARS-CoV-2) berdampak besar bagi kehidupan manusia. Terlebih, penularan virus ini cepat sehingga mengancam semua negara, termasuk Indonesia.
Hal itu sebagaimana dikatakan oleh Menristek dan Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, saat peluncuran produk riset, teknologi, dan inovasi percepatan penanganan Covid-19 secara virtual, Rabu (20/5)
“Kita ketahui bersama bahwa Covid-19 memiliki daya tular 20 kali lebih kuat dibanding SARS,” ujar Bambang.
Bambang menegaskan pihaknya telah bekerja keras mengatasi Covid-19. Para peneliti dan berbagai pihak, lanjutnya, saling membantu dalam berinovasi untuk mengatasi pandemi.
Ia mengatakan, inovasi memiliki dua prasyarat. Pertama, ada kebaruan di dalam sesuatu yang dikembangkan. Kedua, harus ada nilai tambah yang bermanfaat bagi ekonomi dan atau sosial.
Untuk mewujudkan inovasi itu, Bambang mengatakan, pihaknya telah membuat tim konsorsium riset dan inovasi sejak awal Maret 2020. Tim itu terdiri dari kementerian, lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan industri.
Adapun empat aspek pengembangan yang dilakukan oleh tim tersebut, yakni pencegahan; obat dan terapi; skrining dan diagnosis; dan alat kesehatan dan pendukungnya.
Salah satu hasil pengembangan tim konsorsium, kata Bambang, adalah uji cepat dengan Rapid Test Kit. Ia menambahkan, akurasi, metode, dan reagen alat itu itu masih terus dikembangkan agar lebih mudah digunakan.
“Kami juga mengembangkan PCR diagnostic test kit berdasarkan gen virus yang tersebar di Indonesia, serta mengupayakan pembuatan mesin PCR dan reagen produksi dalam negeri untuk kemandirian skrining dan diagnosis Covid-19,” ujar Bambang.
Ia melanjutkan, tim konsorsium pun mengembangkan ventilator, imunomodulator, serum konvalesen, mobile laboratory BSL2, hingga sistem Artificial intelligence (AI) deteksi Covid-19 dengan pencitraan X-ray.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan pihaknya telah melakukan relaksasi regulasi untuk mendukung inovasi. Dia pun meminta Kemenkes untuk sertifikasi produk inovasi konsorsium untuk digunakan jangka panjang–tidak hanya saat pandemi, sebagai upaya mendorong kemandirian produksi alat kesehatan dalam negeri.
“Saya optimis kita semua bisa melewati pandemi dan menyongsong era New Nomal, era baru di mana ada optimalisasi digital, aktivitas ekonomi yang minim pertemuan langsung yang dibarengi dengan protokol Covid-19 yang disiplin,” tuturnya.
(LH)