Channel9.id-Australia. Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyebutkan kalau kekurangan alat antigen bukanlah suatu hal yang baru lagi di saat negaranya sedang menghadapi Omicron, Senin (17/1/2022). Varian baru tersebut telah memaksa angka pasien rumah sakit naik dan sistem kesehatan menjadi sibuk.
Dilaporkan saat ini Australia sedang kekurangan alat rapid antigen setelah warga Covid-19 tak bergejala dikabarkan tak perlu mengambil tes Covid-19 dari pemerintah dan bisa melakukan tes mandiri. Tes dari pemerintah itu dikabarkan harus menunggu beberapa hari sebelum hasilnya keluar karena kasus Covid-19 yang tinggi.
“Alat tes rapid antigen saat ini sedang mengalami kekurangan di seluruh dunia. Ini bukanlah sesuatu yang baru bagi Australia untuk mengatasinya. Ini adalah bagian dari masalah Omicron. Omicron telah mengacaukan semuanya,” ujar Morrison saat dalam wawancaranya di stasiun radio 2GB pada hari Senin.
Baca juga: Kasus Covid-19 Australia Kembali Melonjak Tinggi
Setelah berhasil menahan pandemi pada awal-awal pandemi, Australia telah melaporkan hampir 1.3 juta kasus selama kurun waktu dua minggu, membuat rumah sakit dan klinik tes Covid-19 kewalahan.
Kasus harian pada hari Senin mulai menurun di New South Wales dan Victoria, dua negara bagian terpadat di Australia, ditengah-tengah semakin merebaknya Omicron. Namun pasien rumah sakit Covid-19 terus naik.
Total 52,970 kasus Covid-19 telah terjadi di New South Wales, Victoria dan Tasmania pada Senin pagi dengan negara bagian lainnya masih mencatat total kasusnya. Total harian Australia sendiri telah menyentuh angka 150,000 pada Kamis lalu, namun terus menurun sejak saat itu.
Wabah ini juga mengancam pemulihan ekonomi Australia dengan terus meningkatnya jumlah pekerja yang sakit dan isolasi mandiri. Hal ini menyebabkan krisis SDM dan menganggu rantai pengiriman bisnis.
“Tak diragukan lagi penyebaran Omicron telah merubah sikap dan kepercayaan diri warga,” ungkap Bendahara Federal Josh Frydenberg dalam kolom opini di koran The Australian.
Sejauh ini, Australia telah melaporkan ada 1.6 juta kasus dan 2,691 korban meninggal sejak pandemi ini dimulai.
(RAG)