Opini

Ayo, Lawan Corona!

Oleh: Dr. Rizal Ramli

Channel9.id-Jakarta. Pada awal corona, respons Indonesia sangat lambat dan terlambat, padahal di Wuhan telah terjadi akhir tahun 2019. Kelambatan tersebut terutama karena ‘sungkan’, takut menyinggung Tiongkok. Kedua, pejabat-pejabat RI mengambil sikap ‘self-denial’ (menolak kenyataan). Kita kehilangan 2,5 bulan.

Kita kehilangan waktu yang sangat berharga, 2,5 bulan, untuk scanning, monitoring dan testing potensi penularan corona. Itulah yang menyebabkan negara-negara lain seperti Australia, Singapura, dan WHO tidak percaya pada statistik kasus corona di Indonesia.

Respons kebijakan pertama terhadap corona sangat ngawur, yaitu rencana untuk membiayai influencers senilai Rp72 miliar dan subsidi airline untuk meningkatkan turisme. Benar-benar ngawur, seluruh dunia mau kurangi turis asing, ini malah mau tingkatkan. Kualitas orang disekitar Jokowi payah.

Masih saja izinkan pekerja-pekerja Tiongkok untuk masuk Indonesia, hanya karena kepentingan bisnis pejabat-cum-penguasa. Sing eling, ingat kepentingan nasional.

Sebagai bangsa memang kita terbiasa dan sangat asyik kalau membahas apa yang terjadi hari ini, tetapi tidak terlatih untuk melihat dan melakukan antisipasi terhadap masa depan. Sehingga sering terlambat jika menghadapi shocks global seperti corona.

Jika tidak ada corona, ekonomi Indonesia memang terus anjlok karena salah kelola, mabok utang, dan pengetatan makro. Ekonomi hanya akan tumbuh 4% tahun 2020. Kalau tindakan terhadap corona efektif, ekonomi hanya akan anjlok lagi -1%. Tapi jika tidak efektif, ekonomi akan anjlok -2% lagi.

Untuk mengurangi dampak corona terhadap ekonomi, ini waktunya untuk menggeser secara radikal dengan melakukan realokasi APBN 2020. Stop (moratorium) proyek-proyek infrastruktur besar 2020. Harus berani, jangan gengsi. Alokasikan hanya untuk sektor kesehatan, makanan dan daya beli rakyat miskin.

Indonesia saat ini bukan negara kaya, sehingga jangan lakukan ‘macro pumping’ dan jangan ada ‘buyback’ saham-saham BUMN lain-lain. Amerika saja yang negara kaya, melakukan pumping macro ratusan milyar dolar lewat FED ternyata tidak effektif, hanya kurang 2 jam index naik, habis itu anjlok.

Korea Selatan termasuk negara yang paling efektif dalam menangani pandemik corona, karena mereka belajar dari kasus SARS. Evaluasi apa-apa yang efektif dan siapkan Standard Operational Procedure (SOP). Ketika serangan corona, sudah ada SOP yang siap-pakai tanpa perlu banyak rapat dan koordinasi.

Gunakan momentum pandemic corona ini, untuk menggenjot produksi dalam negeri, seperti pertanian, buah-buahan dan sayur-sayuran. Bantu kredit, bibit, dan pupuk sehingga bisa panen setiap 3 bulan. Ajak IPB untuk bantu peta kecocokan tanah. Jangan bisanya impor.

Nilai tukar Rupiah makin anjlok, sudah Rp15.200/$, dan index IHSG sudah anjlok dari 6000an ke 4500an. Jangan biarkan mata uang Rupiah dan Index terombang-ambing dengan shocks dan volatilitas yang sangat besar. Ubah flexible exchange menjadi fixed exchange di 15.500/$ untuk 1 tahun.

Jangan biarkan external dan internal shock dengan volatilitas yang sangat besar merusak ekonomi dan korporasi nasional. Bekukan perdagangan saham sampai waktu yang belum ditentukan. Toh kalau dibuka terus, akan semakin anjlok, dan akan semakin panik.

Ini adalah momentum untuk tukar (swap) utang-utang Indonesia yang yield-nya sangat tinggi (7-8%), karya Menkeu ‘Terbalik’ yang sangat merugikan bangsa kita. Kerugian karena bond kemahalan itu 110-120 triliun! Padahal yield bond di Jepang dan Eropa negatif. Segera negosiasi swap bond, menghemat 110 triliun!

Soal penjelasan dan tindakan preventif dan kuratif menghadapi corona, pujian perlu diberikan kepada Gubernur DKI Anies Baswedan. Bravo. Jelas, terukur dan persuasif dibandingkan pejabat-pejabat pemerintah pusat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8  +  1  =