Techno

BAKTI Bakal Sewa Satelit Nusantara Satu

Channel9.id, Jakarta – PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) merupakan salah satu pemenang tender kontrak transponder High Throughput Satellite (HTS) yang digelar oleh Badan Aksesbilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

Sebagian kapasitas satelit Nusantara Satu akan melayani kebutuhan broadband BAKTI untuk berbagai fasilitas umum di Indonesia.

“Pemerintah (BAKTI) bikin tender namanya list capacity, dan kami salah satu pemenangnya dari lima provider satelit yang ada. Saat ini sedang dalam proses finalisasi kontrak, jadi kami belum bisa bilang berapa biaya yang dibayarkan,” ungkap Direktur Utama PSN, Adi Rahman Adiwoso, saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (23/1/2019).

BAKTI akan menggunakan layanan satelit PSN ini selama lima tahun ke depan.

PSN bersama empat vendor lainnya akan melayani selama beberapa tahun ke depan, sampai satelit multifungsi yang sedang disiapkan pemerintah siap beroperasi pada 2022.

BAKTI rencananya akan menggunakan 60 persen kapasitas Ku-band satelit Nusantara Satu.

Saat mulai beroperasi pada April mendatang, sebanyak 70 persen total kapasitas Nusantara Satu sudah terpakai.

“Nusantara Satu akan diluncurkan Februari nanti, dan April nanti sudah siap melayani. Per April itu, 70 persen sudah terpakai. BAKTI sendiri nanti pakai 60 persen di Ku-band.” sambungnya.

Satelit Nusantara Satu memiliki kapasitas 26 transponder C-band dan 12 transponder Extended C-band, serta 8 spot beam Ku-band dengan total kapasitas bandwidth mencapai 13.6 Gbps. Coverage (area cakupan) satelit ini mencapai seluruh wilayah Indonesia.

Satelit ini akan ditempatkan di slot orbit 146 Bujur Timur (BT), yang akan bergerak bersamaan dengan rotasi bumi. Posisinya tepat berada di atas Papua.

Seperti halnya penggunaan oleh BAKTI, Nusantara Satu yang menggunakan teknologi HTS dan Eelctric Propulsion ini juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan layanan akses internet di seluruh wilayah Indonesia.

Teknologi HTS dapat memberikan layanan internet broadband dengan kapasitas jauh lebih besar, dibandingkan satelit konvensional untuk alokasi spektrum yang sama.

Sementara itu, teknologi Electric Propulsion membuat satelit menjadi lebih hemat biaya, dan efisien karena beratnya menjadi sangat ringan, serta membuat biaya investasi lebih terjangkau.

Proyek satelit Nusantara Satu memakan biaya US$ 230 juta, dengan sumber pendanaan sebesar 70 persen dari Export Development Canada (EDC) dan sisanya dana internal PSN.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  74  =  76