Channel9.id-Jakarta. Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Ryan Rizaldy, mengatakan penerbitan mata uang digital bank sentral atau central bank digital currency (CBDC) atau rupiah digital tak menghilangkan peredaran uang tunai. “Intinya tidak untuk menghilangkan tetapi menambah alat pembayaran, seperti dompet atau uang elektronik yang ada saat ini,” ujarnya, dalam kegiatan sampingan G20 Indonesia di Bali, Selasa, 12 Juli 2022.
Dia menjelaskan salah satu prinsip yang dipegang bank sentral dalam penerbitan rupiah digital adalah hidup berdampingan. Masyarakat Indonesia bisa lebih berdaya tahan untuk bertansaksi dalam berbagai situasi.
Dengan adanya CBDC di Indonesia, masyarakat diharapkan memiliki pilihan alat pembayaran untuk transaksi.
Ryan menuturkan nantinya desain awal rupiah digital akan diluncurkan pada akhir 2022 melalui white paper. Namun desain tersebut bukan merupakan desain final sehingga masih akan dibutuhkan masukan dari pelaku industri dalam consultated paper pada awal 2023. “Setelah itu barulah uji coba yang akan membutuhkan waktu lama. Negara lain paling cepat menerapkan uji coba selama enam bulan, adapula yang berkali-kali melakukan uji coba,” kata dia.
Menurut dia, seluruh upaya tersebut dilakukan BI agar nantinya desain final rupiah digital bisa menyesuaikan dengan sistem keuangan di Tanah Air. Dirinya mengungkapkan rupiah digital nantinya tak akan jauh berbeda dengan uang elektronik. Perbedaan utamanya hanya akan terletak pada lembaga penerbit dimana CBDC diterbitkan BI.
Adapun uang elektronik diterbitkan oleh bank umum dan dompet digital diterbitkan oleh lembaga non-bank.
Ryan mengatakan risiko CBDC tak akan sebesar uang elektronik lainnya karena risiko kredit bank sentral lebih rendah dibandingkan lembaga lainnya. “Uang itu dasarnya kepercayaan sehingga masyarakat punya akses kepada kepercayaan yang diharapkan,” ujarnya.