Hot Topic

Bentrok Polisi Israel dan Warga Palestina di Al-Aqsa

Channel9.id-Jakarta. Polisi Israel menembakkan gas air mata dan peluru karet dalam upayanya mengosongkan lokasi dari warga Palestina dari kompleks Mesjid Al-Aqsa,yang menjadi pusat kericuhan Jerusalem Timur.

Ribuan warga Palestina berkumpul di masjid Al-Aqsa untuk merayakan hari raya Iduladha pada Minggu (11/8). Bersamaan dengan hari libur Yahudi Tisha B’Av, dimana biasanya warga Yahudi yang berkunjung ke tempat suci meningkat.

Warga Palestina berkumpul di pintu gerbang setelah mengetahui polisi Israel mengijinkan warga Yahudi untuk memasuki tempat suci itu. Berhadapan dengan polisi yang berkumpul di depan tempat suci ketiga umat muslim itu, warga Palestina meneriakkan :”Dengan jiwa dan darah kami, akan kami tebus Al-Aqsa!”

Organisasi Sabit Merah melaporkan, 61 warga Palestina terluka, 15 diantaranya dibawa ke rumah sakit. Warga Yahudi dilarang untuk berdoa di tempat suci itu sesuai dengan perjanjian antara Israel dan otoritas Muslim.

Dalam beberapa tahun terakhir, warga Yahudi relijius nasionalis melanggar perjanjian tersebut, dengan datang berkunjung ke tempat suci itu, sementara warga Palestina menilai hal ini sebagai provokasi dari Israel, dan mereka takut Israel akan merebutnya.

Israel memandang semua wilayah Jerusalem sebagai bagian dari ibu kotanya, sementara Palestina menginginkan Jerusalem Timur menjadi ibu kota negara di masa mendatang.

Sebagaimana dilaporkan Harry Fawcett dari Al Jazeera, ketegangan di Al-Aqsa meningkat beberapa waktu ini.

“Pintu gerbang dibuka, tapi non Muslim dilarang masuk. Terjadi kebuntuan dan kami melihat petugas keamanan bergerak masuk untuk mengurai kebuntuan ini,” ujar Fawcett.

“Saat ini kami melihat polisi Israel menggunakan peluru karet, gas air mata dan terdengar suara granat,” tambahnya.

Äda satu kepentingan besar gerakan politik dari sayap kanan politik Israel untuk mendapatkan akses masuk ke area itu, dan memiliki potensi untuk dapat berdoa di tempat itu di masa mendatang,dan hal ini yang menjadi latar belakang ketegangan,” ujar Fawcett.

Setelah terlihat tenang kembali, beberapa kritik dari politisi sayap kanan Israel, polisi lantas membuka tempat itu untuk dapat dikunjungi warga Yahudi, dan ini akhirnya menimbulkan bentrokan lebih lanjut.

“Ini masjid kami, dan hari ini Iduladha,” ujar Assisa Abu Sneineh, 32, yang berada di lokasi saat bentrokan meletus.

“Tiba-tiba saja (pasukan keamanan) tiba dan mulai memukul dan menembakkan sesuatu yang terdengar seperti granat,” tambahnya.

Menurut organisasi Muslim Waqf yang mengelola tempat suci itu.sekitar 1.300 warga Yahudi mengunjungi tempat suci itu pada hari Minggu (11/8).

Pendiri Electronic Intifada Ali Abunimah kepada Aljzeera menyebutkan bahwa ketegangan terjadi sebenarnya bisa dicegah oleh Israel, dengan tidak mengijinkan apa yang ia sebut “ekstrimis agama  yang dikenal dengan sebutan Gerakan Kuil” untuk pergi ke Al-Aqsa pada hari warga Palestina merayakan Iduladha.

Abunimah menambahkan, pada saat warga Yahudi libur, Israel memberlakukan penutupan total di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza, melarang jutaan warga Palestina untuk bergerak memasuki Jerusalem atau mengunjungi tempat suci mereka, dengan perintah untuk melindungi warga Israel selama hari libur keagamaan.

“Namun pada saat Iduladha, Israel melakukan kebalikannya dengan mengijinkan para ekstrimis agama untuk masuk Al-Aqsa dengan tujuan memprovokasi umat Muslim,” ujar Abunimah.

“Terdapat provokasi yang teroganisir dari Gerakan Kuil, yang didanai oleh pemerintah Israel, yang secara eksplisit menyatakan tujuannya adalah menghancurkan masjid Al-Aqsa dan menggantinya dengan kuil untuk Yahudi,” jelas Abunimah.

Penjaga tempat suci, Jordania yang menjadi penjaga tempat suci itu dan juga merupakan satu dari dua negara Arab yang memilliki perjanjian damai dengan Israel mengutuk Israel atas serangan yang terus menerus.

Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina atau PLO, Hanan Ashrawi, menuduh Israel melakukan provokasi keagamaan dan politik.

“Penyerbuan di Mesjid Al-Aqsa oleh orang Israel yang memaksa masuk pada saat Iduladha adalah satu tindakan ceroboh dan agresi,” tudingnya.

Kompleks suci ini terletak dibagian timur Yerusalem yang diduduki Israel pada tahun 1967 pada saat perang Timur Tengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

51  +    =  55