Channel9.id – Jakarta. Badan Gizi Nasional (BGN) membantah tudingan anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, yang menyebut 5.000 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Program Makan Bergizi Gratis (MBG) fiktif.
Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang memberikan penjelasan terkait proses mekanisme pengajuan dapur MBG. Sebelumnya, kata Nanik, proses pengajuan sebagai mitra diawali dengan membangun dapur terlebih dahulu. Namun, saat ini calon mitra mengajukan pendaftaran terlebih dahulu, kemudian membangun dapur MBG.
“Sebenarnya bukan fiktif, dulu kira-kira 3 bulan lalu, ketentuan BGN itu membangun dapur dulu, baru mendaftar. Saat itu saya belum masuk. Saya nggak tahu apa pertimbangannya sehingga diubah jadi mendaftar dulu baru, kalau disetujui, membangun dapur,” kata Nanik saat dihubungi, Jumat (19/9/2025), dikutip dari Detikcom.
Setelah itu, kata Nanik, banyak orang yang mendaftar sebagai mitra, sehingga mendapatkan nomor ID untuk masuk ke portal. Dari portal itu, muncul kunci yang ditetapkan sebagai titik dapur MBG. Nanik menyebut bahkan ada 100 ribu lebih yang mendaftar.
“Akhirnya banyak orang, nggak tahu daftar, nggak tahu orang yang gambling, nggak tahu orang yang akan menjual, yang penting mereka bisa masuk dulu. Itu yang terdaftar itu mungkin sekarang sudah 100 ribu lebih, padahal yang akan kita operasikan dapur itu hanya 30 ribu,” ujarnya.
Nanik mengatakan, tidak semua orang-orang yang mendaftar itu akan membangun dapur. Ia mengungkap bisa saja nomor ID yang didapat kemudian dijual oleh oknum.
“Orang-orang itu sebetulnya belum tentu mereka bangun. Yang penting 24 jam mereka tongkrongin sistem itu, bahkan ada yang tengah malam masuk. Itu mereka cuma nyari nomor ID. Jadi nanti, kalau sudah masuk, dia akan dapat kunci. Nah, kunci inilah yang oleh oknum-oknum itu diperjualbelikan siapa yang mau bangun dapur,” ujarnya.
“Sampai saat ini, yang disebut fiktif itu orang-orang yang gambling, yang daftar yang bisa masuk. Mungkin bisa siapa saja, bisa anak muda, orang yang nggak kerja, karena kan itu harus bersaing untuk dapat nomor ID,” ujarnya.
Oleh karena itu, Nanik menegaskan ribuan dapur SPPG yang ditudingkan Nurhadi itu bukanlah fiktif. Sebab, kata dia, bisa saja oknum tersebut membeli kunci dan terdaftar tetapi tidak membangun dapur.
“Jadi bukan fiktif. Kalau fiktif, kan sudah dikasih duit tapi nggak dibangun. Bahkan mungkin bukan 5.000 bisa lebih,” lanjutnya.
Sebagai tindak lanjut, saat ini BGN menutup pendaftaran dapur MBG kemudian melakukan proses verifikasi dengan waktu yang ditentukan. Jika akun tidak memenuhi persyaratan, maka BGN akan otomatis menghapus akun-akun yang mendaftar.
“Karena sudah penuh sekarang, ini ditutup sama BGN. Kita verifikasi 14 ribu dulu di tahap awal, kita kasih waktu 45 atau 30 hari, bener nggak membangun dapur. Begitu nggak ada tanda-tanda, delete-delete,” ujarnya.
“Prosesnya itu kan diterima dulu, nanti kita cek foto dan bangunan. Kalau belum kirim-kirim, langsung kita delete. Kalau sudah lengkap pun, sudah ada semua, itu pun melalui proses lagi. Kita sidak lagi, dilihat ke lapangan oleh kepala SPPT di kabupaten atau kota itu, bener nggak ini bangunan yang di foto itu, baru di situ diselidiki apa kurangnya. Itu dilaporkan lagi ke pusat masih ada yang kurang,” lanjut Nanik.
Sebelumnya, Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, mengatakan pihaknya pernah melaporkan kepada Kepala BGN Dadan Hindayana terkait pihak yang menjual lokasi titik dapur Makan Bergizi Gratis MBG. Ia menyebut terdapat 5 ribu titik dapur MBG fiktif yang telah ditemukan.
“Ternyata, kan, benar, buktinya BGN melakukan kebijakan roll back yang akhirnya alhamdulilah ditemukan sekitar 5000 titik fiktif,” kata Nurhadi dalam rapat bersama BGN dan BPOM, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Menurutnya, temuan ribuan titik fiktif ini merupakan persoalan serius dalam pelaksanaan program MBG. Nurhadi juga mengingatkan bahwa persoalan di lapangan bukan hanya soal data fiktif, tetapi juga masih kerap terjadi kasus keracunan.
Oleh sebab itu, atas kejadian yang terjadi, politikus NasDem ini meminta Kepala BGN agar tidak hanya mengandalkan laporan formal. Ia meminta agar Dadan melakukan sidak atau mengecek langsung ke titik dapur saat tengah beroperasi.
“Saya minta tolong Pak Dadan tidak hanya sekedar laporan ABS-Asal Bapak Senang. Tapi bapak juga turun, tidak hanya di saat seremonial-seremonial saja, launcing dapur saja, tapi bapak bisa sidak khusus, rahasia ke dapur-dapur yang mau operasional atau pas di saat waktu dini hari bapak lihat apa yang dilakukan oleh Kepala SPPI, Ahli Gizi dan sebagainya,” jelas Nurhadi.
Baca juga: 194 Siswa SD-SMA di Garut Keracunan usai Santap MBG
HT