Channel9.id-Jakarta. Juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan H. Purwanto menyebutkan prajurit TNI yang terpapar radikalisme harus disterilisasi agar mencintai kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wawan menanggapi penyataan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu yang menyebutkan sebanyak 3 persen anggota TNI terpapar radikalisme lantaran sikapnya sudah tidak berpegang lagi pada nilai-nilai Pancasila.
“Saat ini memang diperlukan adanya upaya sterilisasi terhadap orang-orang yang terpapar ideologi lain selain Pancasila,” kata Wawan di Jakarta, Rabu (7/8).
Wawan menilai, pernyataan yang disampaikan Menhan pasti ada dasarnya. Sehingga, lanjutnya, diupayakan ada sterilisasi supaya tidak meluas dan melebar. Ia pun menyatakan jika nantinya akan ada verifikasi siapa-siapa saja yang sudah terpapar ideologi radikal tersebut.
“Nanti akan diverifikasi mana-mana yang terpapar dan tentu akan ada tindakan oleh ankum, yakni atasan yang berwenang menghukum. Semuanya nanti akan bergerak sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing,” ucapnya.
Dengan langkah-langkah tersebut, dia berharap agar pemikiran ideologi di luar Pancasila menjadi netral, atau bahkan dapat kembali mendukung NKRI.
“Harus diupayakan supaya bisa menjadi netral. Syukur malah jadi mendukung kembali NKRI sehingga ini menjadi menjadi kewajiban kita semua supaya satu visi dan misi bahwa kecintaan NKRI harga mati. Masalah radikalisme menjadi warning bagi kita semua bahwa ini sungguh merupakan ancaman dan itu tidak boleh terjadi,” pungkasnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertahanan sebanyak 3 persen prajurit TNI terpapar radikalisme. Selain itu, 18 persen pegawai swasta menolak ideologi Pancasila serta 19 persen pegawai BUMN dan pegawai negeri sipil menolak ideologi Pancasila.
Sebelumnya, Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan saat ini ada sekitar tiga persen anggota TNI aktif terpapar radikalisme. Ryamizard mengatakan dari anggota yang terpapar itu sikapnya menjunjung Pancasila sebagai ideologi negara sudah meluntur.
“Sikap-sikapnya (anggota yang terpapar radikalisme) sudah tidak mencerminkan Pancasila lagi,” ujar Ryamizard di Yogyakarta, Selasa 30 Juli lalu.
Ia heran, anggota TNI bisa ikut terseret mendukung paham radikalisme itu. Sebab setiap anggota TNI telah diikat dengan sumpah yang jelas sebagai prajurit dan terikat pada sapta marga. “Sumpah prajurit kan jelas, bahwa setiap anggota TNI hanya setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila.”