Channel9.id-Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) menyatakan sebagian besar dari 600 orang warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS adalah perempuan dan anak-anak.
Kendati demikian, Kepala BNPT Suhardi Alius menyatakan informasi tersebut masih perlu diverifikasi. Lantaran BNPT mengaku memperoleh informasi itu dari pihak ketiga, seperti Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross).
“Sekarang ya di sana juga demikian perempuan dan anak. Walaupun yang 600 lebih itu kami dapatkan adalah mayoritas perempuan dan anak-anak. Tapi kan mereka sudah punya pengalaman semacam itu. Nah ini perlu jadi pemikiran kita semua,” kata Suhardi dalam jumpa pers di Gedung BUMN, Jakarta, Jumat (7/2).
Suhardi mengungkapkan perempuan dan anak-anak itu ikut menjadi bagian ISIS lantaran di bawa kepala keluarga. Selain itu, karena setiap hari dipertontonkan pembunuhan dan kekerasan perang, Suhardi menyatakan mereka mengalami trauma.
Di tempat sama, Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT Andhika Chrisnayudhanto menyatakan peraturan nasional mewajibkan negara menyelamatkan anak-anak yang dilibatkan dalam perang.
“Kalau anak direkrut di daerah konflik, secara hukum internasional disebut sebagai victim atau korban. Sehingga kalau kita lihat sendiri, anak-anak ini ada kewajiban bagi negara-negara secara internasional mereka ini harus memberikan perlindungan,” ucap Andika.
Meski begitu, BNPT memang belum memutuskan apakah akan mendeportasi para WNI itu. Namun, Suhardi menyebut pihaknya punya perhatian khusus terhadap anak-anak yang terlibat dalam kasus terorisme.
“Karena kalau kita biarkan anak anak ini, ini akan mengadopsi kekerasan orang tuanya. Kita selamatkan mereka. Mungkin orang tua terpaksa mereka, terpaksa ngalah-lah sama ideologinya. Tapi kita selamatkan generasi mudanya supaya tidak terjadi,” ucap dia.
(LH)