Lifestyle & Sport

Cara Menghindari Gelombang Pandemi Kedua

Channel9.id-Jakarta. Gelombang kedua pandemi virus corona (SARS-CoV-2) ditandai dengan naiknya kurva Covid-19, yang sebelumnya melandai atau stabil. Gelombang ini kemungkinan menyusul jika pemerintah dan masyarakat tidak disiplin dalam mencegah dan menangani pandemi.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan seluruh negara di dunia untuk bersiap menghadapi potensi kemunculan gelombang kedua ini.

Berkaca pada sejumlah negara–seperti Korea Selatan, China, Singapura, juga Hong Kong–yang sempat berada di titik nol pandemi, belakangan ini malah melaporkan kasus baru.

Beberapa ahli menyarankan beberapa hal yang perlu dilaksanakan agar terhindar dari gelombang kedua itu.

1. Cepat deteksi dan kumpulkan data
Menurut ahli epidemiologi dan biostatistik, Iqbal Elyazar kurva epidemi merupakan alat visualisasi yang dibuat oleh para peneliti berdasarkan data real time sehingga penghitungan pun akurat.

Laporan pemeriksaan spesimen di setiap rumah sakit atau laboratorium daerah harus diserahkan ke pusat. Menurut Iqbal, yang terpenting adalah data waktu munculnya gejala pada seseorang. Jika banyak muncul orang dengan gejala, maka kurva pun akan terus meningkat.

Dengan melihat kurva pandemi itu, kata dia, pemerintah bisa memutuskan kapan waktu yang tepat untuk melonggarkan maupun memperketat PSBB.

Sayangnya, para ahli mengaku hingga kini kesulitan membuat kurva epidemi lantaran pemerintah belum memberikan transparansi data Covid-19. Oleh karenanya, para ahli menyusun prediksi berdasar data dari luar negeri.

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, Amin Soebandrio menekankan pentingnya pemeriksaan kasus. Semakin banyak tes dilakukan maka kian kuat menekan kemunculan gelombang kedua virus corona.

2. Waktu pelonggaran yang tepat
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio memperingatkan tentang pentingnya membatasi perjalanan diikuti dengan tertib menerapkan physical distancing.

Sementara itu, perihal pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, waktu pelonggaran PSBB yang tak tepat bisa memicu kemunculan gelombang kedua virus corona.

Pemerintah disarankn menimbang matang waktu beserta daerah mana saja yang layak dilonggarkan. Harus ditegaskan, pelonggaran bukan berarti bebas berkeliaran seperti saat sebelum ada pandemi. Protokol kesehatan dan evaluasi tetap harus dilakukan secara berkala.

3. Tertib menerapkan protokol kesehatan
Proses karantina itu penting, terlebih untuk pasien positif Covid-19. Tujuannya untuk memastikan virus tak menyebar ke banyak orang dan lokasi lain.

Pelonggaran pembatasan aktivitas, bukan berarti bebas seperti saat wabah belum terjadi. Masyarakat tetap harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dengan mencuci tangan dan menggunakan masker.

4. Menyusun kebijakan
Kebijakan yang tepat mesti disusun demi mengantisipasi kemunculan gelombang kedua. Pemerintah perlu melakukan analisis terlebih dulu terkait sektor mana yang aman untuk dikendurkan.

Disarankan untuk melakukan uji coba. Namun jika uji coba pelonggaran muncul kasus baru, maka pemda harus sigap untuk mengubah kebijakan.

5. Mendukung keluarga pasien positif
Salah satu hal dukungan yaitu dengan tidak memberi label negatif pada pasien positif Covid-19 juga keluarga.

Sejak pandemi menyebar, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sudah memperingatkan bahayanya stigma negatif di tengah wabah. Tak saja memperluas ketakutan, namun juga merendahkan seseorang.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  48  =  49