Cuaca Buruk dan Banjir di Myanmar Perburuk Situasi Pandemi
Internasional

Cuaca Buruk dan Banjir di Myanmar Perburuk Situasi Pandemi

Channel9.id-Myanmar. Banjir di Myanmar telah membuat ratusan orang terlantar, ungkap para warga di hari Selasa (27/7/2021). Bencana ini menambah penderitaan warga Myanmar yang sudah cukup kesulitan dikarenakan pandemi Covid-19 dan juga kudeta oleh pihak militernya.

Hujan deras mengguyur Myanmar sejak akhir pecan lalu yang menyebabkan banjir di beberapa tempat, memaksa para pekerja kesehatan  untuk memindahkan pasien-pasien Covid-19 ke tempat yang lebih aman.

“Ratusan rumah terendam banjir dan kebanyakan hanya atapnya saja yang terlihat,” kata Pyae Sone, aktivis sosial di Hlaingbwe dari daerah Kayin.

Baca juga: Pandemi Covid-19 di Myanmar Semakin Memburuk

“Covid sudah menyebar ke seluruh kota. Banyak orang yang kehilangan indera penciumannya dan banyak juga yang sakit, tak tahu menahu apakah itu corona atau flu biasa,” tambahnya.

Sebuah foto yang diposting oleh Karen Information Center (KIC) di Facebook menunjukkan para relawan dan pekerja kesehatan bergotong-royong menerjang banjir memindahkan para pasien Covid-19.

Sekitar 500 daerah pemukiman di sepanjang daerah perbatasan Thailand terkena dampak banjir, menelantarkan ratusan orang.

Bo Bo Win, kepala sebuah kelompok amal di kota Mawlamyine, mengatakan setidaknya ada 500 orang yang menderita dikarenakan kebanjiran.

“Ada beberapa daerah di timur Myanmar yang mengalami dampak banjir terparah, dan bencana ini benar-benar menambah beban mereka setelah juga terkena dampak pandemi Covid-19,” kata Joy Singhal, Kepala Delegasi Myanmar di Palang Merah Internasional (IFRC).

Ia mengatakan kalau IFRC sedang mengamankan lebih banyak suplai untuk membantu ribuan orang dari potensi banjir lainnya.

Pandemi di Myanmar melonjak pada bulan Juni dan di hari Senin Junta melaporkan ada 4,630 kasus baru dan 396 korban meninggal karena Covid-19. Para pekerja kuburan dan juga paramedic mengatakan angka sebenarnya lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Pihak Junta kesulitan untuk menerapkan kebijakan karena tindakan kudeta yang membuat warga Myanmar marah. Junta dilaporkan sampai membunuh ratusan warga Myanmar yang berunjuk rasa dan juga terlibat peperangan kecil dengan warga etnis bersenjata di daerah perbatasan.

Pemerintah Junta juga menahan dokter-dokter yang mengurus pasien Covid-19 karena sudah memprotes kekuasaannya.

“PBB harus segera bertindak untuk menghentikan serangan-serangan, tindakan abusif, dan juga penangkapan yang dilakukan oleh Junta ditengah-tengah pandemi ini,” ujar Thomas Andrews, reporter  HAM khusus dari PBB untuk Myanmar. Ia menyarankan untuk ada gencatan senjata selama pandemi Covid-19 ini.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  74  =  80