Channel9.id, Jakarta – Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menegaskan komitmen untuk menyelesaikan persoalan utang Kereta Cepat WHOOSH melalui langkah strategis. Rosan yang juga menjabat sebagai CEO Danantara Indonesia menyampaikan, rencana masuknya Danantara dalam konsorsium BUMN sedang dievaluasi secara mendalam agar mampu menghadirkan solusi jangka panjang.
“Kalau kita melakukan suatu corporate action, itu harus benar-benar menyelesaikan masalah, bukan hanya menunda,” ujar Rosan saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Meski belum mengungkap detail strategi yang disiapkan, Rosan memastikan setiap langkah akan diarahkan untuk memperkuat struktur keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), operator proyek Kereta Cepat WHOOSH. Saat disinggung mengenai opsi perpanjangan tenor utang yang sebelumnya telah disepakati bersama konsorsium China, Rosan memilih irit bicara. “Nanti pada waktunya akan kita umumkan langkah-langkah restrukturisasi KCIC ini,” tegasnya.
Sebagai informasi, konsorsium BUMN yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) memegang 60% saham KCIC. Anggotanya terdiri atas PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN).
Proyek Kereta Cepat WHOOSH sendiri menelan investasi senilai US$7,2 miliar, atau membengkak US$1,2 miliar dari estimasi awal US$6 miliar. Dari kelebihan biaya tersebut, konsorsium Indonesia menanggung 60% atau sekitar US$720 juta, sedangkan 40% sisanya atau sekitar US$480 juta ditanggung oleh pihak China.
Keterlibatan Danantara diharapkan dapat memperkuat posisi finansial konsorsium Indonesia, sehingga proyek strategis ini tidak hanya beroperasi optimal, tetapi juga memberikan kepastian terhadap penyelesaian kewajiban yang membebani neraca BUMN.