Hot Topic

Demo UU Ciptaker, Habib Ja’far Shodiq: Ada Oknum Sebarkan Hoaks Tuk Giring Opini dan Tindakan Publik

Channel9.id – Jakarta. Habib Ja’far Shodiq bin Yahya menyampaikan, ada oknum memanfaatkan media tuk menyebarkan hoaks demi memprovokasi masyarakat. Tujuannya untuk menggiring opini dan tindakan publik.

Dalam konteks demo menolak UU Ciptaker, Habib Ja’far menilai ada kelompok tertentu yang memanfaatkan media untuk menyebarkan hoaks supaya terjadi kericuhan.

“Kelompok-kelompok itu memanfaatkan narasi kemiskinan sebagai senjata untuk menciptakan huru-hara dari provokasi di media. Justru tujuannya bukan untuk keadilan rakyat. Tapi kepentingan orang elit dan konglomerat,” kata Habib Ja’far dalam Webinar Agama Cinta9 ‘Stop Hoax UU Cipta Kerja, Bersama Kita Wujudkan Indonesia Damai’, Sabtu (17/10).

Pernyataan itu disampaikan, usai membaca pemikiran sejumlah filsuf yang membahas peran media. Di antara tokoh itu yakni Noam Chomsky dengan bukunya berjudul Manufacturing Consent. Noam menjelaskan bagaimana peran media massa untuk menggerakan masyarakat dalam sebuah gerak yang diinginkan kelompok tertentu.

“Atau bagaimana media massa bisa membuat masyarakat menyetujui sesuatu. Bagaimana konten media bisa mengerahkan masyarakat, bagaimana mengiring opini masyarakat,” kata Habib Ja’far.

Menurut Chomsky, akibat hal itu, masyarakat tidak menyadari bahwa keputusan yang dibuatnya adalah keputusan dari opini yang dibentuk media massa. “Kita bagai zombie yang tidak sadar kalau kita zombie. Ini berbahaya,” katanya.

Habib Ja’far pun mengingatkan pemimpin negara mengenai bahaya keberadaan kelompok tertentu yang menyebarkan provokasi melalui media massa.

“Sebelum wafat Hugo Chavez membawa Buku Noam Chomsky itu di mimbar PBB seraya berkata, semua pemimpin negara harus membaca buku ini agar mereka mengerti negara mereka menjadi korban kapitalisme. Dia minta belajar dari Chomsky. Satu, dunia dikuasai media massa. Kedua, media massa di bawah kendali dua kekuatan yaitu uang dan kekuasaan,” katanya.

Selain itu, Habib Ja’far mengimbau masyarakat supaya bersikap kritis ketika menerima informasi yang diperoleh dari media massa maupun media sosial. Sikap kritis itu diyakini bisa menghindari diri dari hoaks.

“Hindari provokasi yang terkadang dari preman berjubah agama. Jauhi orang dari ahli kata-kata, yang kita butuhkan adalah ahli tata kota dan tata negara. Sehingga negeri kita akan bersih dari saling tikai dan bantai, jadi negeri damai dan permai, jika fikiran dan lidah kita jauh dari kebencian,” pungkasnya.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  19  =  28