Opini

Doppelgänger: Oknum Panitia Mubes X IKA Unpad dan Fasisme

Asri Vidya Dewi

(Alumni Universitas Padjadjaran)

 

Saya tak sanggup membayangkan, bagaimana bisa demokrasi dipecundangi, lalu dikirim ke Piramida Kukulcan El Castillo sebagai tumbal untuk otoritarianisme.

Otoritarianisme adalah hydra yang jadi musuh utama bagi demokrasi. Dunia melahirkan pemikiran, hydra menghancurkannya. Namun, begitu hydra dipenggal, kepala otoritarianismenya selalu tumbuh. Konservatif.

Otoritarianisme adalah musuh sejarah dunia, keberadaannya menjadi common enemy bagi manusia yang berpikir, ia hadir di ruang-ruang yang dihuni oleh manusia yang gila kekuasaan, menyingkiri kontestasi gagasan; di setiap ruang, termasuk dalam ruang akademis yang seharusnya bebas dari nilai otoriter. Tentu jika kita termasuk dalam golongan manusia berpikir, otoritarianisme tak akan diizinkan eksis.

Namun dalam perhelatan Mubes X IKA Unpad, otoritarianisme dibiarkan oleh oknum-kolegial panitia berkembang biak.

Jangan sekali-kali bertanya pada manusia berkepala konservatif pertanyaan tentang “sebebas apakah sayap akademik mengepak terbang ke cakrawala perubahan?” Sebab pertanyaan tersebut hanya akan membentur ekor hydra sang monster predator demokrasi.

Dalam dunia akademik kita, tidak sedikit akademisi yang konservatif, memunggungi demokrasi. Sehingga, ketika kapasitas demokrasi terus didorong maju, yang akan terjadi adalah kenyataan anyir yang musti kita telan yaitu kebodohan nyata yang menyembul di permukaan bahwa pemikiran konservatif begitu banyak, cilakanya, justru tumbuh subur sebagai fenomena di dunia akademik (kampus). Demokrasi memang ampuh jika hambatannya terus disingkirkan, jalan menujunya dibersihkan oleh orang-orang yang berpikir maju.

Suburnya hambatan demokrasi adalah musuh bagi ilmu pengetahuan, apalagi, hambatan demokrasi datangnya dari dalam kampus yang juga hidup doktrin kebebasan akademik. Tapi, bagaimana jika prinsip demokrasi dan kebebasan akademik dibajak bahkan ditentang oleh gagasan konservatif bahkan oleh oknum-kolegial di dalam kampus? Cilaka.

Arena Mubes X IKA Unpad adalah representasi dari terbunuhnya demokrasi, paralel dengan itu adalah otoritarianisme. Pemilihan langsung diganti dengan perwakilan, setelah ada perwakilan, disempitkan lagi dengan perwakilan dari perwakilan. Korbannya adalah belasan ribu suara alumni Unpad yang lehernya ditebas agar suaranya tak memiliki bunyi.

Sungguh memalukan. Upaya oknum-kolegial Panitia Mubes X IKA Unpad membangkitkan otoritarianisme sangat memalukan dan menjadi preseden buruk dalam sejarah demokrasi. Apalagi kampus Unpad adalah salah satu kampus yang pernah berkontribusi menumbangkan sistem otoriter era orde baru. Oleh oknum-kolegial Panitia Mubes X IKA Unpad, catatan sejarah baik itu dirusak.

Sekarang rasa duka cita menyelimuti keluarga alumni Unpad yang memiliki elan demokrasi. Namun sejarah telah mencatat ini. Mereka mewariskan cerita buruk tentang demokratisasi di kampus Universitas Padjadjaran. Sejarah hari esok kampus kita harus diperbaiki. Harus diperbaiki. Kami tak sudi menanggung sejarah buruk yang kalian catatkan. Kami tak sudi!

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  7  =  11