Channel9.id, Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam setelah Amerika Serikat melancarkan serangan besar terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran, termasuk situs bawah tanah strategis di Fordow. Serangan ini disebut-sebut sebagai operasi militer terbesar terhadap Iran sejak Revolusi 1979, dan kini dunia bersiaga menanti aksi balasan Teheran.
Citra satelit menunjukkan kerusakan signifikan di lokasi yang diserang, termasuk kawah besar di kompleks Fordow akibat bom penembus bunker seberat 30.000 pon. Pemerintah Iran mengonfirmasi akan membalas serangan ini “dengan segala cara”, dan telah meluncurkan rudal ke wilayah Israel, menyebabkan puluhan korban luka dan kerusakan bangunan di Tel Aviv.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan bahwa opsi militer tetap menjadi prioritas sebelum membuka ruang diplomasi. “Amerika telah melecehkan hukum internasional. Mereka hanya mengerti bahasa kekuatan,” tegasnya dalam pernyataan di Istanbul, dikutip Reuters.
Sementara itu, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, memperingatkan bahwa “kejutan akan terus berlanjut.” Ancaman ini diperkuat dengan dukungan parlemen Iran untuk menutup Selat Hormuz—jalur penting bagi sekitar seperempat perdagangan minyak dunia.
Sebagai antisipasi, Departemen Luar Negeri AS telah memerintahkan evakuasi keluarga staf diplomatik dari Lebanon dan menyerukan warga AS di Timur Tengah untuk tetap waspada. Penjagaan di berbagai lokasi sensitif juga diperketat. Dalam pidatonya, Presiden Donald Trump menyebut operasi militer ini sebagai “sukses besar” yang menghancurkan fasilitas pengayaan nuklir Iran.
Meski demikian, belum ada verifikasi resmi soal kerusakan penuh. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan belum mendeteksi lonjakan radiasi, dan kerusakan di bawah tanah belum dapat dikonfirmasi. Seorang pejabat Iran mengklaim uranium yang diperkaya tinggi telah dipindahkan sebelum serangan, namun belum ada bukti independen atas klaim tersebut.
Trump menyerukan agar Iran menahan diri, sembari mengingatkan bahwa serangan lanjutan akan “lebih besar dan lebih mudah dilakukan.” Wakil Presiden JD Vance menegaskan bahwa target utama AS adalah program nuklir Iran, bukan negara tersebut secara keseluruhan.
Ancaman Ekonomi Global Mengintai
Penutupan Selat Hormuz dikhawatirkan akan menjadi titik balik eskalasi, yang berpotensi mengguncang pasar minyak global dan memicu lonjakan harga. Armada Kelima AS yang menjaga kawasan Teluk diperkirakan akan merespons jika jalur ini terganggu.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengingatkan bahwa respons militer Iran akan menjadi “kesalahan terbesar” yang bisa mereka buat. Ia menambahkan, meski tidak ada rencana operasi tambahan saat ini, target lanjutan telah disiapkan jika diperlukan.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar pertemuan darurat atas permintaan Iran, yang mendesak agar badan internasional itu mengecam tindakan AS sebagai agresi ilegal.