Edy Budiyarso: Tantangan dan Kompetensi Mahasiswa di Era Digital
Nasional

Edy Budiyarso: Tantangan dan Kompetensi Mahasiswa di Era Digital

Channel9.id – Jakarta. Kegemaran membaca buku di perpustakaan ayahnya sejak kecil, ternyata menginspirasi Edy Budiyarso, untuk menjadi seorang wartawan. Meskipun, ia sebenarnya berasal dari keluarga guru. Alasannya, rata-rata pendiri bangsa Indonesia merupakan penulis dan wartawan.

Kesuksesan Edy Budiyarso dalam kiprahnya sebagai wartawan tidak diragukan lagi. Pada 2001, ia mendapatkan penghargaan sebagai wartawan terbaik di Pantau Award, mewakili majalah Tempo.

“Saat itu saya mengampu rubrik yang sangat penting, yaitu investigasi,” ujarnya dalam webinar FIS Enterpreuner School, yang diselenggarakan melalui zoom meeting, Sabtu (18/9).

Kegiatan itu, merupakan peresmian dan peluncuran program sekolah kewirausahaan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Dalam kegiatan tersebut, Edy turut memberikan pandangannya terkait masa depan bagi mahasiswa. Mengutip Howard Gardner, Edy mengatakan, terdapat lima pikiran yang sangat penting. Pertama, berpikir dan bertindak disiplin, fokus dan telaten.

Edy melanjutkan, mahasiswa harus disiplin di kampus dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Ia pun turut menceritakan pengalamannya semasa kuliah. Saat itu, Prof. Suryani menjadi sosok yang sering berdiskusi dan berdebat dengan Edy.

“Dia (Prof. Suryani) memberi buku panduan, dan saya membaca lebih banyak dari itu. Ini kedisiplinan saya, selain untuk berdiskusi, juga berguna untuk bahan tulisan saya,” terang Edy.

Berpikir sintesis, merangkai persoalan, dan mengetahui jalan keluar menjadi keterampilan penting berikutnya. Bagi Edy, yang kini menjadi Managing Partner Indoplus Communication, perkuliahan menghadirkan berbagai macam masalah.

“Banyak dosen memberikan tugas. Itu harus kita teliti, uraikan, hingga kita mengetahui persoalan dan mencari jalan keluarnya,” ia melanjutkan.

Sementara itu, hal ketiga yang menjadi penting adalah berpikir kreatif, sehingga produktif.  “Kreativitas itu nampak, dan menghasilkan sesuatu,” katanya.

Ia mencontohkan hal ketiga ini dengan pengalamannya saat mengikuti penelitian dan penulisan karya ilmiah. Prosesnya berjenjang dari tingkat Fakultas hingga tingkat nasional. Ia meraih juara pertama di tingkat Universitas.

Kemudian penelitian dan penulisan karya ilmiah Edy itu dilombakan lagi secara nasional dengan peserta sekitar 200 dari kampus negeri dan swasta se-Indonesia. Saat itu Edy masuk 15 besar tingkat nasional. Ia pun meraih predikat sebagai Mahasiswa Berprestasi Nasional 1998 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayan RI.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah sikap saling menghormati pemikiran. Menurutnya, mahasiswa harus tetap menghormati dosen dan guru. Sikap saling menghormati ini, bagi Edy, akan memiliki timbal balik yaitu dengan respon yang positif.

Terakhir, berpikir etik, memegang prinsip moral, etika dan taat hukum. Ia berpesan, bahwa attitude adalah hal yang paling penting. Sebab, perusahaan-perusahaan besar kerap melakukan tracking melalui media sosial.

“Peserta di sini jangan membuat status yang tidak penting di media sosial, karena itu akan dijadikan dasar dalam membaca karakter,” terang Edy.

Kemampuan yang harus diasah tidak hanya membahas lima pikiran penting dari Howard Gardner. Baginya, mahasiswa harus terus mengasah kemampuan Intelegence Question (IQ). Kemampuan ini, kata Edy, meliputi kemampuan menalar, memecahkan masalah dengan verbal maupun numerik, berpikir abstrak, menggunakan bahasa dan daya tangkap spasial.

Kemudian, Emotional Question (EQ). Edy menjelaskan, EQ merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali, mengendalikan, dan menata emosi serta perasaan, baik perasaan sendiri maupun orang lain.

“Orang banyak pintar boleh, tetapi bagaimana mengendalikan dirinya dalam sebuah tim. Tidak saling merendahkan dan berkolaborasi untuk tujuan tertentu,” ujarnya.

Terakhir, kemampuan Financial Question (FQ). Edy menegaskan bahwa, FQ ini tidak hanya soal uang. Tetapi, waktu juga menjadi hal penting. Ia berpesan, mahasiswa harus menggunakan waktunya sebaik mungkin.

“Kemampuan mengatur waktu ini, nantinya akan membangun citra baik bagi diri kita. Nama baik itu yang nantinya mampu menghasilkan kepercayaan pihak lain, kemudian mengubahnya menjadi uang,” ucapnya.

Terakhir, Edy berharap mahasiswa mampu memanfaatkan kampus semaksimal mungkin. Sebab, talenta-talenta digital saat ini sangat dibutuhkan. Edy pun turut menjaring talenta-talenta tersebut di perusahaan public relations yang dibangunnya.

“Di situ berkumpul talenta-talenta dari kampus-kampus Indonesia, diantaranya terdapat lima jurnalis muda dari Universitas Negeri Jakarta,” pungkasnya.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  34  =  35