Channel9.id-Jakarta. Banyak pekerja yang pekerjaannya dialihkan selama pandemi virus corona SARS-CoV-2. Tak sedikit yang harus berkutat dengan gawainya, seperti laptop dan ponsel, dalam waktu yang cukup lama.
Tentu saja kegiatan ini membuat mata lelah. Tak hanya itu, cahaya biru yang dipancarkan gawai bahkan menjadi salah satu penyebab kerusakan kulit.
“Cahaya biru memiliki energi tinggi, oleh karena itu mampu menembus jauh ke dalam kulit,” ujar dokter kulit Macrene Alexiades, seorang profesor klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Yale dan direktur serta pendiri Pusat Bedah Dermatologi & Laser New York, seperti dikutip Harper’s Bazaar.
Dokter kulit bersertifikat NYC Ellen Marmur pun menyatakan demikian. “Paparan jangka panjang terhadap sumber-sumber energi cahaya biru terkonsentrasi dapat menyebabkan kerusakan kulit, termasuk perubahan warna, peradangan, dan melemahnya permukaan kulit,” terangnya.
Cahaya dari smartphone dan laptop sama sekali tidak memiliki efek positif.
The National Center for Biotechnology Information Amerika Serikat mengatakan bahwa paparan cahaya biru buatan yang dipancarkan dari perangkat elektronik–bahkan hanya satu jam–bisa merusak lipid dan protein yang menahan kelembaban, menjaga kotoran keluar, dan memperbaiki kulit.
Kendati begitu, penggunaa gawai bukan hanya karena sedang kerja di rumah. Di era teknologi ini menang tidak mungkin menghindari penggunaan gawai seperti ponsel atau laptop. Oleh karenanya, perlu untuk melindungi kulit.
Penggunaan tabir surya menjadi suatu keharusan, bahkan jika hanya di dalam rumah. “Setiap tabir surya yang mengandung seng oksida atau titanium dioksida dapat membantu menghalangi cahaya biru,” ujar Marmur.
Sementara itu, Alexiades menyarankan mengonsumsi makanan-makanan yang bisa mengurangi dampak buruk cahaya biru gawai. Misalnya, makanan yang mengandung antioksidan, termasuk teh hijau, vitamin C, asam ferulic, alga biru, dan delima.
(LH)
