Channel9.id-Haiti. Amerika Serikat menyatakan FBI akan turut membantu dalam menyelamatkan para misionaris yang diculik oleh kelompok bandit di Haiti, Selasa (19/10/2021). Kasus penculikan tersebut juga memicu unjuk rasa besar-besaran oleh para pengusaha yang usahanya terancam karena maraknya kasus penculikan di Haiti.
Kelompok bantuan kemanusiaan dari Ohio bernama Christian Aid Ministries menyebutkan kalau kelompok misionarisnya yang terdiri dari 16 orang Amerika dan satu orang Kanada sedang ke Haiti untuk berkunjung ke sebuah yayasan yatim piatu. Namun saat dalam perjalanan, bis yang mereka tumpangi di bajak di dekat ibu kota Haiti, Port-au-Prince. Pengamat keamanan menduga kalau penculikan itu dilakukan oleh kelompok 400 Mawozo.
Pemerintah Haiti masih belum mengeluarkan pernyataannya sampai saat ini mengenai kejadian tersebut dan keberadaan para misionaris yang diculik masih belum diketahui.
Juru bicara Gedung Putih pada hari Senin menyebutkan kalau FBI tengah bekerja dengan tim diplomatik AS di Haiti untuk mencari keberadaan korban penculikan.
FBI mengkonfirmasi keterlibatannya melalui pernyataannya.
“FBI turut serta dengan upaya Pemerintah AS untuk menyelamatkan seluruh warga AS yang terlibat,” kutip pernyataan mereka tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Juru bicara kementerian luar negeri Ned Price mengungkapkan kalau Amerika Serikat telah mengirimkan regu kecil ke Haiti untuk membantu upaya penyelamatan para misionaris.
Kasus penculikan para misionaris ini menunjukkan masalah nyata yang menyelimuti Haiti selama bertahun-tahun. Para pelaku penculikan semakin nekat dalam melakukan aksinya dan semakin sering terjadi di tempat-tempat yang ramai dalam beberapa bulan ini. Ada sekitar 628 kasus dalam sembilan bulan terakhir ini menurut laporan dari Center for Analysis and Research in Human Rights (CARDH)
Pertokoan dan sekolah di Port-au-Prince ditutup pada hari Senin lalu sebagai aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para petinggi industri transportasi – yang para pekerja kerap menjadi target penculikan.
Pada siang hari, sebuah asap hitam membumbung tinggi di beberapa daerah kota setelah para pengunjuk rasa melakukan bakar-bakar di jalanan ibu kota.
Para pengusaha swasta menyatakan kalau mereka turut andil dalam unjuk rasa tersebut dikarenakan kasus penculikan yang kerap terjadi ini menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasinya.
Diego Toussaint, seorang pengusaha berusia 37 tahun yang menjual panel surya di Port-au-Prince, mengatakan kalau negara sudah benar-benar jatuh.
“Unjuk rasa ini adalah cara kami dalam menyuarakan kalau kita sudah tidak tahan lagi. Selama ini. Kita sudah hidup dalam ketakutan,” tutur Toussaint kepada Reuters.
Toussaint mengungkapkan kalau penjualannya turun drastis dikarenakan ada ancaman penculikan dan pemerasan yang kini juga dialami oleh pengusaha lainnya.
“Kita tidak dapat mengharapkan pemerintah lagi, sebagai pencipta lapangan pekerjaan kita terpaksa untuk menjaga diri kita sendiri,” pungkasnya.
Perasaan amarah warga dan melemahnya keamanan negara kian memburuk setelah terjadinya pembunuhan Presiden Jovenel Moise.
Semakin memburuknya krisis di Haiti juga menjadi masalah besar untuk Amerika Serikat. Ribuan imigran Haiti pernah berbondong-bondong datang ke perbatasan AS-Meksiko pada bulan lalu, namun kebanyakan dari mereka dipulangkan kembali oleh penjaga perbatasan.
(RAG)