G20 Tinggalkan Pekerjaan Rumah yang Banyak Kepada COP26 Perihal Perubahan Iklim
Internasional

G20 Tinggalkan Pekerjaan Rumah yang Banyak Kepada COP26 Perihal Perubahan Iklim

Channel9.id-Skotlandia. Para pemimpin dari Group of 20 (G20) dalam pernyataan akhirnya di hari Minggu sepakat untuk mendesak adanya aksi “yang berarti dan efektif” untuk mengurangi global warming, namun hasil pertemuan itu memicu kemarahan dari aktivis lingkungan dikarenakan pertemuan itu sedikit sekali memberikan komitmen-komitmen yang kongkrit, Senin (1/11/2021).

Hasil dari negosiasi yang sulit diantara para diplomat G20 telah meninggalkan pekerjaan rumah yang besar terhadap KTT PBB COP26 di Skotlandia, yang akan dimulai pada minggu ini.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan kecewa karena mereka bisa saja melakukan lebih dari itu dan menyalahkan Cina dan Rusia yang tidak memberikan tanggapan dan sarannya ke diskusi penting tersebut.

“Rasa kecewa ini berkaitan dengan fakta bahwa Rusia dan Cina tidak menunjukkan komitmen apapun untuk mengatasi isu perubahan iklim ini,” ujar Biden kepada para wartawan.

Walaupun G20 sudah berjanji untuk berhenti mendanai sumber daya batu bara, mereka tidak menentukan batas-batas waktunya, dan tidak tegasnya janji mereka dalam mengurangi emisi gas metana.

Walaupun begitu, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, memuji hasil akhir pertemuan G20 tersebut yang ia sebut untuk pertama kalinya seluruh negara G20 sepakat mengenai pentingnya membatasi pemanasan global pada tingkat 1.5 derajat Celcius yang para ilmuwan sebut penting untuk menghindari bencana-bencana alam.

“Kami memastikan kalau mimpi kita tidak hanya nyata, tapi juga berkembang,” tutur Draghi pada penutupan konferensi pers.

G20, yang diantaranya adalah Brasil, Cina, India, Jerman dan Amerika Serikat, yang menyumbang 60% dari populasi dunia dan 80% gas emisi rumah kaca dunia.

Batas 1.5 derajat Celcius adalah apa yang para ahli PBB sebut harus dipenuhi untuk menghindari bencana-bencana ekstrim karena perubahan iklim seperti kekeringan, badai dan banjir, dan untuk mencapainya mereka merekomendasikan adanya gas emisi nol yang harus bisa tercapai di tahun 2050.

Tantangan yang harus dihadapi sangatlah besar, diantaranya merupakan keselamatan negara-negara kecil, dampak terhadap mata pencaharian ekonomi dunia dan kestabilan sistem finansial dunia.

“Ini adalah momen untuk G20 bergerak dengan rasa tanggung jawabnya sebagai negara-negara produsen gas emisi terbesar di dunia, namun kita hanya melihat tindakan setengah-setengah dari mereka daripada tindakan mendesak yang nyata,” ujar Friederike Roder, wakil presiden perkembangan berkelanjutan dari kelompok advokasi Global Citizen.

Dokumen pertemuan akhir itu mengungkapkan rencana negara untuk mengatasi pengurangan gas emisi baru akan dikuatkan “jika diperlukan” dan tidak memberikan referensi mengenai tahun 2050 sebagai tenggat waktu untuk mencapai gas emisi nol.

“Kami menyadari dampak dari perubahan iklim di suhu 1.5 derajat Celcius akan sangat signifikan daripada di suhu 2 derajat Celcius. Mempertahankan pemanasan global di suhu 1.5 derajat Celcius membutuhkan aksi yang berarti, efektif dan komitmen dari seluruh negara,” ujarnya.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  7  =