Politik

Gerindra Bantah Dukungan PAN-Golkar ke Prabowo sebagai Dejavu Pilpres 2014

Channel9.id – Jakarta. Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman membantah anggapan bahwa bergabungnya Partai Amanat Nasional (PAN) dan Golkar ke kubu Prabowo Subianto sebagai pengulangan situasi atau dejavu dari Pilpres 2014. Justru, menurut Habiburokhman, situasi saat ini mirip seperti menjelang kemerdekaan RI tahun 1945.

“Kami kurang sependapat dengan pihak-pihak yang menyebutkan Pilpres 2024 mirip dengan 2014. Sebab komposisi partainya berbeda, nuansa politiknya juga sudah sangat berbeda. Justru suasana jelang Pilpres 2024 mirip dengan suasana jelang kemerdekaan 1945,” kata Habiburokhman dalam keterangannya, Senin (14/8/2023).

Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu menilai, tokoh politik menjelang Pilpres 2024 bersatupadu setelah sebelumnya berbeda pandangan, sama seperti era menjelang kemerdekaan 1945.

“Tokoh-tokoh politik yang sebelumnya banyak berbeda pandangan, bersatupadu dan kompak menomorsatukan agenda perjuangan bersama, yaitu kemerdekaan,” tuturnya.

Habiburokhman menyebut Prabowo berupaya meneladani sikap para pendiri bangsa yang mengedepankan persatuan.

“Pak Prabowo berusaha meneladani sikap Bung Karno dan para founding fathers kita yang menanggalkan ego kelompok, tidak ada kelompok kanan, tidak ada kelompok kiri, yang ada adalah semua pro kemerdekaan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyatakan koalisi yang terbentuk antara Gerindra, Golkar, PKB dan PAN baru-baru ini, tidak bermaksud untuk mengecilkan partai politik lain. Habiburokhman menyebut Gerindra ingin menciptakan konsep politik yang sinergis.

“Itulah nuansa politik yang ada saat ini. Gerindra berupaya membentuk koalisi yang besar, bukan untuk mengepung atau mengkerdilkan koalisi yang lain, tetapi justru untuk menciptakan konsep politik yang sinergis,” ujarnya.

Habiburokhman menyebut pilihan capres dan cawapres jangan menjadi alasan untuk terpecah belah. Meski berbeda pilihan, Habiburokhman menyebut semuanya harus satu frekuensi besar yakni menjadikan Indonesia lebih maju dan menjadi negara besar di tingkat internasional.

“Kami yakin Idealisme para capres lain dan koalisi lain sama yakni untuk merah putih,” pungkasnya.

Sebelumnya, beberapa pihak menyebut bergabungnya PAN dan Golkar ke dalam koalisi yang dibentuk Gerindra dan PKB, sebagai dejavu saat Pilpres 2014. Bakal capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, misalnya. Ia menilai keputusan Golkar dan PAN yang kini mendukung Prabowo Subianto adalah sejarah yang berulang.

Ia merujuk pada kontestasi pilpres 2014. Kala itu, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa mendapat banyak dukungan dari sejumlah parpol. Namun, justru pasangan yang diusung PDIP dan koalisinya, yakni Jokowi-Jusuf Kalla yang menang.

“Kisah ini pernah terjadi saat 2014 kalau tidak salah ya. Saat itu yang mendukung lawannya pak Jokowi itu juga sama, mereka berbondong-bondong ke sana. Kejadian ini kita catat dalam perjalanannya dan selalu ada dinamika yang berubah,” kata Ganjar di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (13/8/2023).

Meski begitu, Gubernur Jawa Tengah itu mengaku menghormati sikap Golkar dan PAN yang memutuskan untuk mendukung Prabowo. Terlebih, menurut Ganjar, tiap parpol memiliki pertimbangan tersendiri dalam menentukan arah dukungannya.

“Jadi saya sangat hormat atas keputusan yang diambil oleh partai siapapun mereka dan kemanapun mereka,” ujar Ganjar.

Baca juga: Deklarasi Golkar dan PAN Dukung Prabowo, Begini Respons Ganjar

HT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  59  =  63