Google Hadirkan Alat Pendeteksi Banjir dan Kebakaran ke Seluruh Dunia
Techno

Google Hadirkan Alat Pendeteksi Banjir dan Kebakaran ke Seluruh Dunia

Channel9.id-Jakarta. Di beberapa tahun terakhir ini, Google menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengembangkan sistem yang bisa memprediksi banjir dan melacak kebakaran. Menjelang konferensi iklim COP27 minggu depan, Google mengumumkan bahwa pihaknya memperluas alat-alat tersebut.

Pertama, Google akan menghadirkan alat prediksi banjir untuk daerah aliran sungai di 18 negara lain. Kedelapan belas negara itu adalah Brasil, Kolombia, Sri Lanka, Burkina Faso, Kamerun, Chad, Republik Demokratik Kongo, Pantai Gading, Ghana, Guinea, Malawi, Nigeria, Sierra Leone, Angola, Sudan Selatan, Namibia, Liberia, dan Afrika Selatan.

Sebelumnya, Google menghadirkan alat tersebut di India dan Bangladesh untuk pengguna Android dan ponsel yang telah menginstal aplikasi Google Search.

Google pun memperluas ‘Flood Hub’ ke seluruh dunia. Flood Hub akan menunjukkan prakiraan banjir di peta dan menunjukkan kapan dan di mana bencana itu mungkin terjadi dengan pin berkode warna. Perusahaan berharap alat ini akan membantu orang-orang yang berisiko terdampak banjir, dan akan membantu organisasi dan pemerintah memobilisasi mereka.

“Perluasan cakupan geografis ini dimungkinkan berkat terobosan terbaru kami dalam model prakiraan banjir berbasis AI, dan kami berkomitmen untuk memperluas ke lebih banyak negara,” Yossi Matias, wakil presiden Google untuk bidang teknik dan respons krisis, dikutip dari Engadget.

Matias mencatat bahwa bencana banjir memberi dampak pada lebih dari 250 juta orang setiap tahunnya. Pemanasan global berpotensi menyebabkan lebih banyak bencana banjir, yang membuat sistem deteksi seperti yang sedang dikerjakan Google menjadi kritis.

Dengan menggunakan data prakiraan cuaca, Google bisa memberi peringatan seminggu sebelumnya banjir terjadi, jelas manajer teknik staf senior Google Sella Nevo. Sebelumnya, AI Google menggu aman data pengukur ketinggian air, yang memberi peringatan dini sekitar 48 jam sebelumnya.

Adapun kebakaran hutan, Matias menulis bahwa Google mendeteksi “kebakaran menggunakan model AI baru berdasarkan citra satelit dan [menunjukkan] lokasi real-time mereka di Penelusuran dan Maps.”

Pada tahun lalu, Google mengatakan tahun lalu bahwa mereka akan membuat alat pelacak kebakaran tersedia di seluruh dunia. Saat ini, Google menggunakan “machine learning” untuk meningkatkan deteksi dan pemantauan kebakaran. Google juga menggunakan data dari National Oceanic and Atmospheric Administration dan satelit NASA untuk pelacakan kebakaran.

Matias pun mengungkapkan bahwa Google bersama induknya, Alphabet, berupaya mengurangi perubahan iklim, melalui sistem berbasis AI untuk membuat lampu lalu lintas lebih efisien dan mengurangi polusi. Sementara itu, Mineral, sebuah proyek yang berada di bawah divisi X moonshot Alphabet, berusaha membuat sistem pangan global lebih “sustainable” dan produktif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  81  =  89