Channel9.id-Jakarta. Google memecat sejumlah peneliti AI kendati sedang dihujani kritik. The New York Times melaporkan bahwa Google memecat peneliti machine learning, Satrajit Chatterjee, pada Maret lalu. Pemecatan ini dilakukan setelah Chatterjee dan peneliti lainnya menerbitkan makalah yang isinya menyangsikan klaim bahwa komputer bisa merancang komponen chip yang lebih efektif daripada manusia.
Sebelum pemecatan, peneliti dilaporkan diizinkan untuk berkolaborasi untuk meneliti dan membuat makalah yang membantah klaim tersebut. Namun, ujungnya, salah seorang peneliti malah dipecat setelah komite menolak makalah tersebut. Para peneliti kemudian berharap agar masalah ini dibawa ke hadapan CEO Sundar Pichai dan dewan direksi Alphabet.
Perusahaan sendiri tak merinci mengapa pihaknya memecat Chatterjee. Mereka hanya mengatakan kepada Times bahwa peneliti itu “diberhentikan dengan suatu alasan.” Mereka juga mengatakan bahwa makalah asli telah “diperiksa secara menyeluruh” dan ditinjau oleh rekan sejawat, dan menuturkan bahw penelitian yang menantang klaim tersebut “tak memenuhi standar kami.”
Terlepas dari apakah sains bertahan atau tidak, tampaknya masalah itu menekankan adanya bentrokan antara manajemen Google dan tim AI—yang mendorong banyak proyek perusahaan. Masalah keduanya dimulai ketika Google memecat ahli etika Timnit Gebru pada 2020 lalu lantaran sebuah makalah. Masalah kain memanas ketika Google menghentikan Margaret Mitchell pada awal 2021. Google mengklaim Mitchell telah melanggar kebijakan kerahasiaan data, sementara Mitchell secara terbuka mengkritik para eksekutif dan pemecatan Gebru. Pemecatan ini menyebabkan para teknisi meninggalkan perusahaan dan menuntut reformasi. Bahkan, berbagai elemen di perusahaan juga turut memprotes atas kontrak dengan militer.
Sementara itu, Google menjanjikan perubahan dan akan menyelidiki pemecatan Gebru. Namun, pemecatan Chatterjee tampaknya tak akan meredakan ketegangan.
Bukan rahasia lagi bahwa Google bangga dengan penelitian AI-nya. Perusahaan kerap menggembar-gemborkan algoritme yyang bisa mengungguli manusia di bidang-bidang seperti desain chip dan deteksi kanker. Sebagai salah satu implementasi dari hal itu, ponsel Pixel 6 andalannya dibangun di sekitar prosesor khusus yang berfokus pada AI. Jika ada kekurangan, maka bisa menghambat bisnis Google, pun menodai reputasinya sebagai pemimpin dalam pengembangan AI.
Sementara itu, Google menunjuk tweet dari reporter Times, Daisuke Wakabayashi, sebagai tanggapan lebih lanjut. Menurut Wakabayashi, salah satu penulis makalah asli mengklaim Chatterjee melecehkannya dan “menolak pekerjaan itu.” Namun, seorang pengacara Chatterjee mengatakan kliennya hanya berusaha mempertahankan “integritas ilmiah.”
(LH)