Channel9.id, Jakarta – Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (NFA) memastikan langkah stabilisasi pasokan dan harga beras berjalan intensif di berbagai wilayah. Fokus utama kini tertuju pada 214 kabupaten/kota yang harga berasnya masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menjelaskan, strategi intervensi dilakukan dengan menghadirkan beras Bulog yang dijual lebih murah dibanding harga pasar. “Jika HET beras medium zona 1 sebesar Rp13.500 per kilogram, maka Bulog hadir dengan harga Rp12.500 per kilogram. Dengan begitu masyarakat bisa mendapatkan akses beras lebih murah sekaligus menekan harga di pasaran,” ujar Arief, Selasa (2/9/2025).
Selain menahan harga, Bulog juga menyalurkan bantuan pangan (banpang) beras kepada 18,2 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Program ini telah terealisasi hampir 99 persen, dengan setiap keluarga memperoleh 20 kilogram beras. “Bantuan ini langsung menyasar masyarakat yang paling membutuhkan, sekaligus menjaga daya beli mereka di tengah dinamika harga,” tambah Arief.
Penyesuaian Harga Ikuti Kondisi Petani
Menurut Arief, kenaikan harga beras medium dari Rp12.500 menjadi Rp13.500 per kilogram merupakan bentuk penyesuaian wajar karena harga gabah di tingkat petani kini berada di kisaran Rp6.500–Rp7.000 per kilogram. “Kalau harga gabah tinggi, maka harga beras medium pun perlu menyesuaikan. Yang penting, Bulog hadir untuk memberi opsi harga lebih terjangkau,” jelasnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kondisi pangan nasional tetap positif. Hingga Oktober 2025, produksi beras nasional diperkirakan mencapai 31,04 juta ton dan sepanjang tahun bisa menembus 34 juta ton—naik signifikan dibanding tahun lalu. “Yang terpenting, tahun ini Indonesia tidak melakukan impor beras dan justru memiliki stok berlimpah. Ini buah kerja sama lintas kementerian dan lembaga di bawah arahan Presiden Prabowo,” ujarnya.
Fokus Intervensi di Daerah dengan Harga Tinggi
Dalam Rakor Pengendalian Inflasi, Mendagri Tito Karnavian menyampaikan tren positif dari program stabilisasi pangan. Jumlah daerah yang harga berasnya turun naik dari 51 menjadi 58 kabupaten/kota. “Artinya Gerakan Pangan Murah berjalan efektif. Meski begitu, masih ada 214 daerah yang harganya di atas acuan. Minggu ini, fokus kita ke sana bersama NFA, Bulog, dan Kementan,” tegas Tito.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa, menambahkan bahwa pihaknya segera menggelar koordinasi khusus dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait. “Besok (3/9/2025) kami undang seluruh daerah target untuk memperkuat intervensi stabilisasi pangan,” kata Ketut.
Dengan langkah terintegrasi mulai dari intervensi harga, bantuan pangan, hingga koordinasi lintas kementerian, pemerintah menegaskan komitmen menjaga stabilitas beras—sekaligus melindungi daya beli masyarakat di tengah gejolak harga.