Channel9.id-Jakarta. Harga minyak goreng saat ini terbilang murah, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter. Adapun mulai Selasa, 1 Februari 2022, HET harga minyak dipatok lebih murah, sebagaimana kebijakan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag). Namun demikian, minyak goreng sekarang justru sulit ditemui di pasaran.
Banyak masyarakat yang mengaku kesulitan mendapat minyak goreng. Salah satunya warga asal Cirebon, Mulyadi. Ia mengatakan bahwa setiap kali ia ke minimarket di daerahnya, rak minyak goreng kosong. Sudah ada 10 minimarket yang ia kunjungi, namun hasilnya nihil.
“Hampir di semua minimarket seperti Indomaret atau Alfamart rak tempat minyak kosong. Pernah satu hari saya bersama istri berkeliling ke 10 minimarket pasti dijawab kosong oleh petugas minimarket,” tutur Mulyadi, dikutip pada Minggu (30/1).
Hal serupa juga terjadi di minimarket di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Seorang petugas minimarket Indomaret menjelaskan bahwa kekosongan terjadi sejak harga minyak goreng turun menjadi Rp14 ribu per liter pada Rabu, 19 Januari 2022.
“Biasanya dua hari sekali kita kedatangan stok baru. Tadi pagi datang barang, tetapi tidak ada minyak goreng. Kayaknya iya semenjak turun harga (minyak). Kalau datang stoknya juga sedikit dan langsung habis,” kata dia, Sabtu (29/1).
Berangkat dari masalah itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan bahwa masalah utama kelangkaan minyak goreng ialah minimnya pasokan barang yang diterima oleh ritel.
“Ritel ini nggak produksi minyak goreng, mereka salurkan saja, yang produksi produsen, yang pasarin distributor. Mungkin produsen ada masalah sama bahan baku, itu yang menyebabkan pasokan ke distributor kurang, akhirnya kita ikut kurang,” ungkap Roy, Minggu (30/1).
Roy juga menjelaskan bahwa salah satu faktor yang membuat produsen tak bisa memproduksi ialah kurangnya bahan baku CPO dari kelapa sawit untuk membuat minyak goreng. “Ini bertalian semua (produsen hingga distributor). Ketika CPO nggak tersalurkan, maka nggak bisa produksi, akhirnya nggak bisa kirim ke distributor, terjadilah kelangkaan ini,” sambungnya.
Lebih lanjut, kelangkaan persediaan minyak goreng di toko ritel memunculkan anggapan di tengah masyarakat bahwa pegawai toko ritel menimbun stok minyak goreng. Namun demikian, para pengusaha ritel menepis anggapan ini.
Menurut Roy, tak mungkin ada upaya penimbunan lantaran gudang toko-toko ritel tak mungkin bisa menampung stok minyak goreng. Pasalnya, stok barang keluar masuk setiap hari di semua toko ritel, dan stok tersebut bukan hanya minyak goreng saja. “Misalnya mie instan, minuman air kemasan, itu kan setiap hari baru dan masuk. Gudang kita nggak mampu untuk simpan itu (minyak goreng),” lanjut dia.
Selain itu, Roy mengatakan bahwa semua toko ritel saat ini dipantau secara ketat oleh pihak berwenang. “Kita juga gampang sekali dicek keberadaannya, oleh Dinas Perdagangan, baik provinsi, kabupaten, kota. Toko kan dibuka terus, ada orang dinas bisa saja ngecek. Nggak mau kita bermasalah kan,” jelasnya.
Meski begitu, Roy juga mengakui bahwa kasus penimbunan sempat terjadi. Namun, semuanya langsung ditangani oleh tiap toko. Pemecatan langsung dilakukan, apalagi bila laporan penimbunan datang dari masyarakat.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa sejak 2021, harga komoditas minyak goreng terus mengalami kenaikan secara signifikan hingga awal 2022 ini. Di beberapa wilayah Indonesia, minyak goreng sempat dibanderol di atas Rp20 ribu. Namun, per 19 Januari 2022, HET minyak goreng dibanderol Rp14 ribu.
Kemudian, sebagaimana disinggung di awal, baru-baru ini, Kemendag mengeluarkan kebijakan baru terkait HET untuk minyak goreng, yang membuat komoditas ini dijual lebih murah dari sebelumnya. Mendag Muhammad Lutfi memaparkan pada Kamis (27/1) lalu bahwa HET untuk minyak goreng curah Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter. Harga-harga ini sudah termasuk PPN.
“Kami menjamin stok minyak goreng tetap tersedia dengan harga terjangkau,” lanjutnya. Maka dari itu, kata Lutfi, masyarakat dimohon tidak panic buying seperti sebelumnya. Sementara, produsen minyak goreng harus terus menyalurkan stok agar tidak terjadi kekosongan di pedagang atau pengecer. Adapun pihak yang tak patuh pada aturan HET, pemerintah akan memberi sanksi yang tegas.
“Kami berharap dengan kebijakan ini harga minyak goreng dapat lebih stabil dan terjangkau untuk masyarakat serta tetap menguntungkan bagi para pedagang, distributor, hingga produsen,” harapnya.
Nah, lalu bagaimana stok minyak goreng di Februari dan ke depannya, mengingat produsen masih terkendala dan kebijakan sebelumnya (HET Rp14 ribu per liter) juga masih bermasalah di seputar stok? Mari pantau!