Channel9.id – Jakarta. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengklarifikasi maksud pernyataannya yang menyarankan agar kepala babi yang diterorkan ke Kantor Tempo untuk dimasak saja. Hasan mengeklaim ucapannya itu justru menggambarkan sikap jurnalis Tempo Francisca Christy Rosana alias Cica yang menentang teror itu dengan santai.
Adapun teror kepala babi itu ditujukan kepada Cica yang merupakan host siniar ‘Bocor Alus Politik’ di kanal Youtube Tempodotco. Hasan Nasbi sepakat dengan Cica yang menyikapinya dengan memasak kepala babi itu.
“Padahal kan saya mengutip dari X-nya Francisca, wartawati yang dikirimi kepala babi itu. Saya tuh sebenernya jarang sepakat sama Tempo lho, ya tapi saya setuju dengan cara Francisca merespons itu,” kata Hasan kepada wartawan, Sabtu (22/3/2025).
“Saya justru setuju dengan cara dia merespons kiriman kepala babi itu, itu kan cara yang sudah tua, cara-cara sudah lama, dan dengan dia merespons gitu buat saya respons yang bagus,” sambungnya.
Hasan menilai tujuan seseorang mengirim teror itu sejatinya untuk menciptakan ketakutan. Namun, Francisca kata Hasan, menyikapi itu dengan melecehkan balik kiriman teror tersebut yang menandakan tidak ada ketakutan sama sekali baginya.
“Makanya saya menyempurnakan caranya meresponsnya aja, karena memang yang teror itu, tujuan orang ngasih teror itu menciptakan ketakutan. Justru itu cara melecehkan peneror yang bagus itu dengan cara kaya gitu, cara Francisca itu menurut saya cara bagus untuk melecehkan si pengirim kepala babi itu, dan saya mendukung dia untuk melakukan itu, biar tujuan si peneror nggak sampai kan,” ujarnya.
“Dan kalau saya ya karena saya tahu dari X-nya dia makan daging babi ya saya bilang kalau dikirim gitu cara melecehkan peneror yang lebih paripurna lagi ya dimasak,” lanjut Hasan.
Dengan sikap itu, Hasan mengatakan tujuan peneror untuk mengirimkan ketakutan tidak sampai. Ia lalu mencontohkan kasus bom Sarinah yang terjadi pada 2016.
Saat itu, warga justru berkumpul di sekitar area titik bom, bahkan ada pedagang yang berjualan. Hal itu menandakan tidak ada ketakutan bagi warga Jakarta terkait adanya bom tersebut.
“Waktu bom Sarinah kenapa Indonesia jadi pembicaraan dunia karena lagi ada bom tapi orang kumpul ramai-ramai, ada penjual kacang, ada penjual sate, makanya Pak Jamal itu jadi legend karena dia jualan sate di tengah bom. Dan muncul hashtag kami tidak takut kan waktu itu. Karena apa itu dilecehkan aja sama warga Jakarta waktu itu. Bom Sarinah itu nggak dianggap sama warga Jakarta, tapi dilecehkan saja,” ujarnya.
Hasan Nasbi menekankan maksud responsnya agar kepala babi dimasak aja bukan bentuk meremehkan sebuah teror kepada media massa.
“Saya setuju dengan cara dia (Francisca) merespons teror itu, dan saya ngomong gitu dalam rangka mendukung dia (Francisca) merespons teror itu, bukan menganggap remeh teror ke Tempo, tapi justru si peneror ini harus kita lecehkan, kalau kepala babinya dimasak kan berarti terornya nggak berhasil,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Hasan mengeklaim pemerintah selalu mendukung kebebasan pers. Menurutnya, sejauh ini tidak ada pembungkaman terhadap media yang kritis terhadap pemerintahan sekalipun.
“Saya kan sudah bilang bahwa kalau dari pemerintah tidak pernah ada pengekangan apa-apa terkait kebebasan pers. Makanya media media yang paling kritis sekalipun tetap bisa menulis berita, bahkan tetap ada istana, di istana tidak ada sensor media ini kritis, media ini kritis, kan tidak. Sejauh ini bisa liputan di istana dan kementerian lain juga,” ujarnya.
“Kalau dari pemerintah kan sudah terbukti, jadi kalaupun ditanyakan kita pakai bukti aja jawabnya, nggak ada yang disensor, nggak ada yang dihalang halangi, boleh nulis berita bahkan boleh siaran. Sekeras apapun kontennya mereka, itu kan bukti, kalau dari pemerintah penghargaan kebebasan pers itu bukan sekadar teori tapi udah nyata,” ujarnya.
Baca juga: Komite Keselamatan Jurnalis Lapor Polisi Terkait Teror Kepala Babi ke Wartawan Tempo
HT