Industri hotel anjlok
Ekbis

Hotel-Hotel di Daerah Industri Gulung Tikar, Pelaku Usaha: Daya Beli Turun

Channel9.id, Jakarta – Industri perhotelan nasional tengah menghadapi tekanan berat di tengah menurunnya daya beli masyarakat dan bergesernya tren akomodasi wisatawan. Sejumlah hotel di berbagai daerah dilaporkan menghentikan operasionalnya, bahkan sebagian mempertimbangkan untuk menjual aset bisnis mereka.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyebut fenomena tersebut mulai tampak di kawasan industri seperti Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. “Okupansi di Cikarang turun tajam, bahkan ada beberapa hotel yang benar-benar tutup,” ujarnya di Jakarta, Senin (6/10/2025).

Menurut Hariyadi, penurunan tingkat penghunian kamar (TPK) tidak hanya disebabkan oleh berkurangnya aktivitas industri, tetapi juga melemahnya konsumsi masyarakat. Selain itu, pengurangan anggaran perjalanan dinas oleh pemerintah turut memperburuk kondisi bisnis perhotelan di sejumlah wilayah.
“Dampak pemotongan anggaran pemerintah cukup terasa, ditambah lagi industri di daerah juga menekan anggaran operasional dan kunjungan,” jelasnya.

Meski demikian, PHRI berharap kondisi ini tidak berlangsung lama. Momentum libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dinilai berpotensi menjadi titik balik pemulihan okupansi pada akhir 2025.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyebut tren penurunan okupansi hotel juga dipengaruhi oleh perubahan perilaku wisatawan yang kini lebih banyak memilih vila dan akomodasi nonformal. “Kami sedang menertibkan vila-vila yang belum terdaftar dan belum membayar pajak,” katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan tingkat penghunian kamar hotel berbintang pada Juli 2025 mencapai 52,79%. Angka ini naik secara bulanan, namun tetap turun 3,57 poin secara tahunan. Tren serupa terjadi di hotel nonbintang yang juga mencatat penurunan 1,42% year-on-year.

Kondisi tersebut menjadi sinyal bagi pelaku industri untuk beradaptasi terhadap perubahan pola konsumsi dan preferensi wisatawan. Diversifikasi layanan serta kolaborasi dengan pemerintah daerah dinilai menjadi kunci agar bisnis perhotelan tetap bertahan di tengah tekanan ekonomi yang masih berlanjut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  62  =  69